UPH peringati Hari Bumi Ajak Mahasiswa Kurangi Sampah Plastik.

Menyambut hari bumi, yang jatuh pada tanggal 22 April 2019, gerakan untuk pelestarian alam sudah mulai ramai di serukan. Tahun 2018, pemerintah mencanangkan perang terhadap plastik. Namun memang tidak mudah untuk menghentikan pemakaian plastik. Perlu kesadaran dan pamahaman untuk mendapat dukungan dari masayarakat luas. Faktanya konsumsi plastik di Indonesia masih sangat tinggi. Dilansir oleh Kompas.com, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menyebutkan bahwa Indonesia merupakan negara penyumbang sampah plastik ke lautan terbesar kedua di dunia.
Tahun ini Service Learning Community Universitas Pelita Harapan (SLC UPH) menyambut hari bumi dengan mengadakan serangkaian kegiatan ‘Eart Week’ 2019 bertajuk “Go Green, Live Clean” yang berlangsung pada 25-28 Maret 2019.
Dimulai dengan ajakan untuk mengurangi konsumsi plastik. Ajakan ini diawali dengan diskusi film “A Plastic Ocean” pada Selasa, 26 Maret 2019 di C 402. Diskusi film ini dipandu oleh para naras umber dari organisasi yang peduli terhadap lingkungan diantaranya Hani dari WWF (World Wide Fund), Martin dari Waste 4 Change, serta Anindita dari Avani Eco yaitu perusahan Indonesia yang berbasis pada Bio-degradable plastic. Film yang berdurasi 1 jam 42 menit ini sangat jelas menggambarkan bahwa sampah berdampak buruk bagi makhluk hidup. Adanya keterkaitan antar makhluk hidup maka kerusakan tersebut tidak hanya dirasakan makhluk hidup yang ada di lautan, tapi bahkan manusia dan tumbuhan juga bisa terkena dampaknya. Tentunya Hal ini harus menjadi kepedulian dan tanggung jawab bersama.
Para nara sumber membagikan pengalaman yang sudah dilakukan untuk berpartisipasi melestarikan lingkungan. Tentunya banyak cara yang dapat dilakukan dimulai dari mengolah sampah yang ada di lingkungan.
Soal mengolah sampah lingkungan disampaikan Martin yang menggagas usaha Waste 4 Change sebuah perusahaan sosial yang didirikan pada tahun 2014 dengan misi memberikan layanan pengelolaan sampah yang ramah lingkungan dan bertanggung jawab untuk Indonesia bebas sampah. Melalui Waste4Change Martin dan tim membuat kampanye, riset, dan saran untuk penanggulangan sampah terutama bagi para pengelola sampah. Bagaimana sampah yang telah dipilah-piliah tidak sia-sia tapi bisa bermanfaat.
Hal ini didukung Anindita dari Avani – Industri pembuat kemasan ramah lingkungan, yang mengajak agar setiap orang bisa mengubah sampah menjadi hal yang bermanfaat dibanding terbuang begitu saja ke lautan atau lingkungan lainnya.
Menurut Anindita, saat ini, potensi yang harus didorong adalah pemanfaatan waste to worth, artinya bagaimana sampah dapat dijadikan produk bermaffat pengganti stereofoam dan packaging makanan yang sering digunakan setiap hari.
Menambahkan penjelasan, menurut Hani dari WWF sebelum memutuskan tindakan apa yang harus diambil terkait isu sampah platik yang mengglobal ini; penting untuk membangun kepedulian dan rasa ingin tahu terlebih dulu.
“Ayo tingkatkan keponya. Kita tingkatkan rasa ingin tahu terhadap hal-hal yang lebih baik untuk keselamatan bumi, daripada sekedar update lagu atau film terbaru di media sosial. Setelah tahu fenomena yang ada, kita jadi aware terhadap lingkungan, baru kita bisa menentukan sikap dan partisipasi apa yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki lingkunga,” tegas Hani.
Sejalan dengan pesan utama dari film “A Plastic Ocean” ini yaitu perubahan bisa terjadi dan semua dimulai dari diri sendiri yang mau menciptakan kehidupan dan lingkungan yang lebih baik, hal ini juga yang diharapkan oleh ketiga narasumber. Dengan kegiatan ini peserta yang hadir tidak sekedar tahu isu sampah plastic yang viral, tapi bersama-sama mau ambil peran memperbaiki lingkungan. Mulai dari diri sendiri dalam lingkup terdekat.
Diskusi film ini diikuti lebih dari 70 mahasiswa dari berbagai fakultas. Mereka bukan hanya mahasiswa yang tertarik pada isu lingkungan, tetapi juga perwakilan dari berbagai jurusan. Diharapkan melalui diskusi film dan berbagi pengalaman dari para narasumber ini para peserta dapat menjadi promotor untuk gerakan mengurangi sampah plastik dilingkungan kampus. Tentunya kesadaran ini tidak berhenti hanya di kampus, tetapi juga dilingkungan tempat tinggal dan di tempat umum.