Graduate
Alumni Stories.
Membangun Network untuk Mengangkat Potensi Daerah ke Level Internasional
Feiral Rizky Batubara, Wakil Ketua Umum Bidang Energi, Sumber Daya Mineral dan Perindustrian KADIN Provinsi Jambi percaya bahwa diantara kesibukannya sebagai pengusaha dan di organisasi ia masih ingin untuk terus menambah ilmu pengetahuannya dan memilih suatu program studi yang terbaik. Setelah lulus dari School of Business and Management ITB tahun 2007, ia aktif di dunia bisnis dan organisasi. Kebutuhan untuk menambah kapasitas di bidang menajemen dan mengembangkan network, mendorongnya untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi.
Waktu itu pilihan saya ke luar negeri, Amerika, atau di dalam negeri. Saya sempat bingung memutuskan. Pertimbangan saya, kalau kuliah di luar negeri opportunity lostnya lebih tinggi, karena bisnis dan organisasi tentunya tidak dapat dijalankan. Saya banyak berdiskusi dengan berbagai dosen maupun orang-orang yang kompeten akan hal ini, dan akhirnya saya menjatuhkan pilihan melanjutkan studi ke Program International Executive Master of Management (IEMM) UPH, papar Feiral.
Alasan utama memilih program IEMM UPH karena lokasinya strategis dengan program yang fleksibel dan terakreditasi. Lokasi kampus mudah dijangkau, program yang ditawarkan sangat bagus, dan tidak harus setiap hari ke kampus, karena dirancang khusus untuk para eksekutif. Program perkuliahan sudah fixed sehingga memudahkan untuk mengatur waktu dengan kegiatan bisnis. Dari segi fasilitas belajar juga baik, sangat memadai. Sesuai dengan kebutuhan para eksekutif, jelasnya.
Sebagai orang yang international minded, Feiral sangat tertarik belajar dari praktisi dan pengajar yang memiliki international exposure. Tim pengajar full internasional dengan pangalaman di dunia praktis dari industri terkemuka. Ilmu yang diberikan sangat update dan dapat langsung diaplikasikan di pekerjaan saya. Hubungan dosen dengan mahasiswa juga dekat. Mereka tidak hanya memberikan ilmunya di kelas, tetapi di luar kelas pun mereka sangat terbuka untuk membantu mahasiswanya. pengalaman nyata yang dibagikan oleh para dosen di bidangnya masing-masing juga semakin membantu kami untuk menjadi praktisi yang lebih baik, papar Feiral.
Menurutnya apa yang didapatkan di kelas Program IEMM UPH sangat bisa diaplikasikan dalam dunia nyata dan di kegiatan organisasi yang ia pimpin. Ilmu yang dipelajari di S1 bisa dipoles kembali dan kemudian dipertajam melalui case study dari perkembangan di dunia praktis. Benefit lain yang sangat bermanfaat diperoleh dari interaksi pertemanan di kampus sehingga membangun lebih banyak networking, menciptakan business idea baru, dan meningkatkan kemampuan manajemen, seperti dalam bidang team building, finansial, marketing, dll.
Sebagai pengurus KADIN Provinsi Jambi, Feiral sangat fokus untuk mengembangkan daerahnya. Sekarang sudah eranya generasi muda untuk memimpin. Provinsi Jambi saat ini dipimpin oleh Gubernur termuda. Sudah saatnya generasi muda berkontribusi lebih besar kepada negara ini. Oleh karenanya ilmu, soft skills, dan network bertaraf internasional yang didapat lewat program IEMM UPH, akan saya gunakan untuk memberikan masukan kepada Pemerintah dan mengangkat potensi Provinsi Jambi sehingga dapat berkembang lebih pesat ke tahap lebih tinggi hingga ke level internasional, tambah Feiral yang merupakan salah satu pimpinan Kadin Provinsi termuda se-Indonesia. (rh)
Menambah Pengetahuan Praktis Melalui Kompetisi
Pengalaman mengikuti berbagai kompetisi selama berkuliah mengantarkan Glenn Wijaya, alumnus Fakultas Hukum UPH, langsung direkrut oleh sebuah firma hukum terkemuka, AKSET Law (Arfidea Kadri Sahetapy-Engel Tisnadisastra), sebagai seorang Associate. Di awal kariernya ia sudah dlibatkan menangani beberapa project penting di bidang asuransi, financing, fintech, dan ketenagakerjaan. Kepercayaan ini tentunya didukung dengan portfolionya dalam memenangkan berbagai kompetisi selama berkuliah di Fakultas Hukum UPH.
Berbagai prestasi tercantum mulai dari Delegasi Indonesia, ASEAN Youth Summit 2017, De La Salle University Dasmarinas, Filipina, peraih Honorable Mention (posisi ke-3) dalam UNICEF, dan Penghargaan Delegasi Terbaik di acara Indonesia Model United Nations 2016, Juara Harapan ke-1 dan Juara 3 Terbaik untuk Memorandum pada Putaran Nasional dari Kompetisi Moot Court Hukum Kemanusiaan Internasional ICRC 2014, Jakarta, dan masih banyak lagi penghargaan dari berbagai kompetisi dan event di tingkat nasional dan internasional.
Tentunya kesempatan untuk mengikuti berbagai kompetisi dan terlibat dalam beragam acara besar tidak datang sendiri. Peran universitas cukup besar dalam memfasilitasi mahasiswa untuk terlibat. Karenanya ia sangat bersyukur berkuliah di UPH, karena UPH tidak hanya menyediakan kelas yang dibimbing oleh para ahli, UPH juga menyediakan kesempatan bagi para mahasiswa nya untuk ikut serta dalam kompetisi atau konferensi.
Saya sangat bangga akan bagaimana Fakultas Hukum UPH telah mencapai banyak hal dalam kompetisi peradilan semu internasional dan kompetisi debat. Saya juga bangga bahwa UPH telah mengajarkan saya tidak hanya dalam keterampilan dan kompetensi yang diperlukan dalam hukum, tetapi juga nilai-nilai integritas, lanjut Glenn.
Bagi Glenn, mengikuti lomba punya tujuan khusus diantaranya adalah untuk memperbanyak pengetahuan, memperluas jaringan atau koneksi untuk masa depan, dan juga untuk memperkaya CV agar jadi bekal untuk pekerjaan dan juga untuk apply S2. Menang bukan tujuan utama karena yang terpenting adalah memperbanyak pengalaman. Tentunya ini bagian dari strateginya dalam studi, selain memprioritaskan untuk mendapatkan nilai bagus pada beberapa mata kuliah yang akan sangat dipakai dalam karir yang ingin digeluti sebagai seorang lawyer.
Meskipun terlibat aktif dalam berbagai kompetisi dan event besar di luar kampus, Glenn tetap mengutamakan perkuliahan. Lulus dengan IPK 3.8, ia pun terpilih sebagai wisudawan terbaik di Fakultas Hukum pada wisuda ke XXXIII pada tanggal 9 Juni 2018. Sebelum wisuda, Glenn sudah diterima bekerja di firma hukum di Jakarta, yakni AKSET Law.
Bulan Februari 2018, saya bekerja di AKSET Law (Arfidea Kadri Sahetapy-Engel Tisnadisastra) di Jakarta sebagai Associate. Saya juga terlibat dalam banyak proyek, antara lain, dalam perbankan, asuransi, serta proyek-proyek fintech. Untuk ke depannya, saya berencana untuk memenuhi syarat-syarat sebagai Advokat. Selain itu, dalam lima atau enam tahun ke depan, saya bertujuan mendapatkan gelar master, mungkin LL.M. di universitas Ivy League di Amerika Serikat untuk lebih meningkatkan pengetahuan hukum saya, jelas Glenn.
Kecintaannya pada UPH dan juga ilmu hukum menjadi motivasi untuk belajar dengan sungguh-sungguh.
UPH merupakan pilihan utama saya untuk mengejar gelar Sarjana Hukum karena saya melihat UPH memiliki image yang positif di masyarakat. Selain itu UPH juga memiliki salah satu fakultas hukum terbaik di Indonesia, yang menghasilkan beberapa profesor terbaik di bidang hukum. Bahkan UPH juga sudah banyak memenangkan berbagai penghargaan, baik domestik maupun internasional dalam kompetisi bidang hukum, ungkap Glenn.
Menurut Glenn, motivasinya dalam bidang hukum didorong oleh keinginannya untuk membantu orang lain dalam bidang hukum. Hukum merupakan pelajaran yang serbaguna sebab hampir semua bidang di dunia ini diatur oleh hukum dan fakta tersebut mendorong saya untuk memilih belajar hukum dan berprofesi di bidang hukum, tegasnya.
Ternyata pilihannya pada UPH tidak meleset. Apa yang diperoleh selama studi ternyata mampu memenuhi bahkan melampaui ekspektasinya.
Sudah Waktunya Meneliti Kembali Regulasi Kesehatan di Indonesia
Himbauan untuk meneliti kembali regulasi perundangan-undangan di bidang kesehatan di Indonesia disampaikan Jovita Irawati saat sidang promosi Doktor Ilmu Hukum yang berlangsung di kampus Univesritas Pelita Harapan (UPH) pada tanggal 20 Februari 2016.
Dalam disertasi yang ditulis Jovita Irawati, berjudul Disharmoni Peraturan Perundang-undangan di Bidang Kesehatan dan Implikasi Hukumnya Terhadap Praktik Medik dan Eksistensi Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia, ia mengungkapkan penyebab kasus-kasus pelayanan kesehatan yang merugikan pasien ataupun dokter yang kerap terjadi disebabkan karena adanya ketidakharmonisan regulasi di bidang kesehatan. Secara substantif, peraturan perundang-undangan masih mengandung inkonsistensi norma pengaturan, khususnya dalam hal hak pasien. Jovita memandang hal ini penting untuk memberikan kenyamanan bekerja dan kepastian hukum baik bagi konsumen maupun dokter.
Dr. Jovita Irawati, yang menjabat sebagai Direktur Administrasi di RS Pluit, Jakarta, mengungkapkan motivasinya untuk melanjutkan studi ke jenjang doktoral didorong keinginan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan di institusi rumah sakit, dimana ia bekerja. Alhasil, Jovita Irawati lulus dengan prestasi tertinggi, dan terpilih sebagai wisudawan terbaik dari seluruh strata pada Wisuda XXX UPH tahun 2016 lalu.
Ia mengkaji ketidakselarasan definisi hak pasien dalam empat undang-undang, yakni UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, UU 36/2009 tentang Kesehatan, UU 44/2009 tentang Rumah Sakit dan UU 36/2014 tentang Tenaga Kesehatan.
“Saya rasa memang sudah waktunya untuk meneliti kembali regulasi kesehatan di Indonesia ini, agar memberikan keadilan hukum bagi masyarakat sebagai pengguna layanan kesehatan, maupun rumah sakit dan dokter selaku penyelenggara layanan kesehatan,” katanya.
Tekadnya tidak berhenti sampai studinya selesai. Jovita melanjutkan hasil disertasinya kepada pihak terkait seperti MPR untuk dapat menjadi masukan dalam mengkaji peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan. Usulan tersebut disambut positif oleh Oesman Sapta Odang, Wakil Ketua MPR RI, yang turut hadir pada sidang terbuka promosi Doktor Ilmu Hukum Jovita.
Pemikiran dalam disertasinya juga akan disosialisasikan kepada masyarakat dalam bentuk buku yang akan diterbitkan. Sementara di lingkungan rumah sakit, tempatnya bekerja, ia juga sudah melakukan berbagai perbaikan dalam memberikan pemahaman tentang hubungan antara pasien, dokter dan rumah sakit.
Bagi Jovita apa yang didapatkan melalui pendidikan, yang ditempuh selama 2 tahun, sangat berharga.
Melalui pendidikan kita bisa mendapat banyak hal, seperti wawasan, pengetahuan dan relasi. Ini penting untuk pengembangan karier. Kalau tidak diupgrade, akan ketinggalan. Selama ada kesempatan, jangan disia-siakan, ungkapnya.
Dalam memilih institusi pendidikan, Jovita juga sangat memperhatikan kualitas akademik dan profesionalitas institusinya.
Selain mengutamakan kualitas akademik, profesionalitas dan komitmen para dosen sangat penting, sehingga mahasiswa dapat lulus dengan prestasi baik dan tepat waktu. Begitu juga fasilitas dan lokasi yang strategis. Tidak kalah penting, dukungan staff administrasi harus proaktif, agar dapat membantu mahasiswa eksekutif yang sibuk seperti saya. Ini semua saya dapatkan di Program Doktor Hukum UPH, katanya dengan bangga. (rh)
Mengejar Ilmu untuk Improvement dan Impacting People
Kuliah di tiga institusi, Curtin University of Technology, STT Reformed Indonesia, dan University of Technology, Sydney, tidak membuat Rocky Nagoya, Managing Director PT Citra Van Titipan Kilat atau TiKi, berhenti untuk belajar. Keinginan untuk terjun ke dunia pendidikan membuat Rocky merasa perlu memperlengkapi diri dengan pendidikan formal pada level magister. Ia memutuskan mengambil Program International Executive Magister Management (IEMM) UPH dan lulus dengan prestasi yang memuaskan.
Pria yang sibuk dengan bisnis kurir ini memang seorang yang gemar belajar. Secara khusus ia menyukai bidang bisnis dan marketing. Bekal knowledge dan pengalaman di dunia bisnis memampukan dia untuk mengembangkan bisnis kurir TiKi dengan berbagai inovasi aplikasi teknologi dan marketing untuk menjawab kebutuhan pasar. Disela-sela kesibukannya, Rocky terus ingin belajar. Karenanya ia memilih program magister yang sesuai dengan kebutuhan dan kesibukan profesi. Baginya program IEMM UPH memberikan apa yang dia butuhkan, seperti kurikulum yang unik kolaborasi MM UPH dengan MBA Peking University, pengajar full internasional dengan pengalaman praktis pada industri dan institusi global, sistem perkuliahan sangat sesuai dengan kondisi para eksekutif yang sibuk dan lokasi kampus yang strategis.
Saya yakin program yang ditawarkan IEMM UPH memiliki kualitas yang baik. Selain mendapatkan ilmu saya juga dapat belajar mengenal lebih baik berbagai sektor bisnis melalui rekan-rekan kuliah yang umumnya para senior eksekutif dari berbagai industri. Dengan demikian kita tidak memiliki persepsi yang salah ketika menghadapi isu-isu tertentu. Networking yang dibangun dengan rekan-rekan kuliah juga sangat berguna untuk mengetahui hal hal terbaru yang ada di dunia usaha jelas Rocky.
Bagi Rocky alasan ia memilih IEMM UPH juga karena eksistensi UPH dalam dunia pendidikan, yang secara institusional dan program studi telah terakreditasi. Juga UPH memiliki komitmen yang tinggi dalam dunia pendidikan Kristen. Ini sangat penting karena dunia pendidikan yang baik tidak hanya memberikan ilmu saja. Lulusan harus dibekali dengan kesiapan untuk terjun ke dunia nyata, salah satunya melalui pembekalan nilai-nilai etika yang baik. Dan ini membutuhkan kerja yang nyata kata Rocky.
Berbekal pengetahuan dan pengalaman praktis di dunia bisnis, Rocky kini lebih siap untuk terjun ke dunia pendidikan. Bagi saya pendidikan itu penting, tidak hanya untuk mengasah otak dan kemampuan diri sendiri, tetapi juga harus bermanfaat buat orang lain. Dengan kata lain kita harus berdampak bagi orang lain. Percuma kalau kita pandai sendiri, tetapi orang lain tidak, maka tidak ada dampak, dan tidak ada sumbangsih bagi dunia pendidikan di negeri ini, tambahnya. (rh)
IEMM Program UPH Memberi Kesempatan Connecting Dengan Para Top Executive
Sebagai alumni angkatan pertama program International Executive Magister Management UPH, saya beruntung berkesempatan mengikuti program dual degree EMBA UPH-Peking University. Meski program ini hanya ditawarkan untuk 3 angkatan, namun sampai saat ini, networking diantara para alumni masih sangat kuat. Program ini sangat menarik dan bagus dengan tim pengajar dari overseas. Saya melihat UPH serius dalam menyelenggarakan program ini, yang diperlihatkan melalui komitmen founder yaitu Dr. (Hon.) Mochtar Riady saat peluncuran program.
Dengan lokasi kampus yang strategis, di pusat bisnis, saya dapat menjangkau kampus dalam waktu singkat. Melalui program ini saya mendapatkan eksekutif network yang banyak membantu profesi saya, meski tidak secara langsung berkaitan dengan bidang bisnis pada perusahaan tempat saya bekerja. Saya bisa mendapat insight dari materi perkuliahan. Metode kuliah tidak one way, tapi banyak diskusi, sehingga lebih hidup dan menarik.
Para peserta program merupakan senior management dari berbagai perusahaan, dan ini memberikan peluang kepada saya untuk connecting dengan para top executive. Ini quantum lead bagi saya, bisa bertemu orang-orang yang proven di level BOD (Board of Director). Tidak hanya itu, ilmu yang saya dapatkan melalui dosen dan diskusi dengan para top executive dapat langsung diaplikasikan dalam aktivitas kerja, dan menambah kapasitas saya untuk memberikan insight kepada pimpinan saya di kantor.
Networking yang saya dapat sangat useful. Bahkan sampai sekarang, saya bisa bertukar informasi dan keep updated dari orang-orang terpercaya.
Pengalaman mengikuti program dual degree UPH-Peking University, memberi kesempatan untuk saya bertemu dosen-dosen dari Peking University, mengunjungi top ten company di Beijing untuk benchmarking, dan belajar business environment di sana. Meskipun tidak berkaitan langsung dengan bidang profesi saya, namun melalui pengalaman mengikuti program ini saya mendapat pengetahuan yang luas serta manajemen skill untuk diaplikasikan di dunia kerja. (rh)
Pengelolaan Human Capital sebagai Passion dan Karir
Berhubungan langsung dengan manusia, ternyata tidak semudah kelihatannya. Ilmu manusia dan pengelolaannya melibatkan banyak aspek mulai dari psikologi sampai keteknisan. Itulah yang membuat Muhammad Cipta Suhada, GO-LIFE Head of Talent Empowerment, sangat tertarik untuk mendalami bidang human capital.
Besar dari bidang ilmu eksakta, membuat saya paham betul bagaimana 1+1 menghasilkan 2. Namun, pada ilmu pengelolaan manusia, saya harus paham bahwa variabel 1+1 dapat menjadi 3 atau 5, adalah biasa. Aktif di beberapa organisasi dan terjun langsung dalam mengelola Sumber Daya Manusia (SDM) membuat saya merasa perlu memperdalam ilmu ini. Ilmu SDM sering dikaitkan dengan ilmu ‘yang penting pengalaman’. Dengan bergesernya zaman dan berkembangnya pengetahuan, saat ini, ilmu mengelola manusia hendaknya didukung oleh pemantapan teori yang terus berevolusi, papar Cipta menjelaskan minatnya mendalami bidang human capital.
Tak ayal peraih gelar Putra Batik Nusantara 2011 ini sangat antusias melanjutkan studi di MM UPH yang memberinya beasiswa studi. Ketekunan dan passioneate nya pada bidang Human Capital membuahkan prestasi dalam studinya dengan prestasi Cum Laude dan menjadi 2nd best Graduates.
Hada yang saat ini dipercaya menangani operasional sampai pada pemberdayaan dan kontrol kualitas (empowerment and Quality Control) untuk layanan GO-CLEAN, GO-MASSAGE, dan GO-GLAM se-Indonesia yang saat ini ada di empat kota, meyakini pentingnya pembelajaran yang diperoleh di bangku kuliah. Passion saja tidak cukup. Perlu didukung oleh bekal pengetahuan yang memadai. Karena itu baginya pendidikan adalah kunci. Kunci pembangunan karakter bangsa, ekonomi bangsa, dan sosial budaya.
Bukan perkara menjadi pemenang dalam Olimpiade Sains, melainkan yang terpenting adalah pembentukan pola pikir yang siap diterapkan dalam setiap teka-teki kehidupan. Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan yang layak, Saya percaya betul pemerintah Indonesia juga menempatkan pendidikan sebagai prioritas utama. Oleh karena itu, sebagai warga negara yang bertanggung jawab dan dewasa, ada baiknya apabila kita selalu mengambil manfaat terbaik dari pendidikan yang ditempuh dan menerapkannya dalam lingkup yang kita inginkan, ungkap Hada.
Banyak pelajaran berharga yang diperolehnya selama berkuliah di MM UPH. Selain mendapatkan pengetahuan di bidang human capital, ia juga memperoleh manfaat networking dengan praktisi dan akademisi terbaik di bidangnya, dan dalam interaksi sosial. Pelajaran yang didapatkan menjadi modal untuk mengembangkan kariernya di bidang human capital. Selepas lulus dari MM UPH, Hada bergabung dengan salah satunya salah satu konsultan SDM terkemuka di dunia, Towers Watson.
Ilmu yang diajarkan oleh program MM sangat berguna bagi profesi saya, mulai dari pengetahuan organisasi, bisnis, sampai detil teori renumerasi. Saat ini, saya bekerja dan berinteraksi langsung dengan para mitra GO-LIFE (GO-MASSAGE, GO-CLEAN, dan GO-GLAM) untuk memberdayakan serta mengelola SDM yang ada. Tentunya dengan ilmu yang saya miliki, dapat mendukung saya untuk memberikan pelayanan terbaik kepada para mitra, paparnya.
Tekad Hada tidak berhenti sampai pada karier yang sesuai dengan passionnya, ia juga ingin dapat berdampak bagi lebih banyak orang. Itu juga yang menjadi alasannya memilih bergabung dengan GO-JEK Indonesia.
Saya ingin berkarya menerapkan ilmu yang dimiliki. Bersama perusahaan startup karya anak bangsa, saya percaya bahwa ilmu dan pemikiran yang saya miliki dapat memberikan dampak langsung bagi banyak orang, katanya dengan optimis. (RH)
Teknik Industri UPH Membuat Saya Jadi Wanita Tangguh
Berkeinginan untuk membuka perusahaannya sendiri menjadi alasan Maulida memilih Teknik Industri. Setelah ia lulus dari UPH, Maulida melanjutkan studi S2 di Monash University Melbourne jurusan Business Statistics.
Berbagai pelajaran yang didapatkan, baik di UPH maupun Monash, membekalinya lebih banyak pengetahuan untuk terjun di dunia industri. Saat ini Maulida sedang membangun perusahaannya yang bergerak di bidang produksi kapur aktif sekaligus juga turut mengembangkan usaha ayahnya di bidang Pakan Ternak di Makassar. Dimana ia bertugas untuk merapaikan manajemen dan sistem keuangannya.
Maulida mengakui, Teknik Industri UPH membuatnya belajar banyak ilmu baik akuntansi, critical thinking, psikologi industri, dan lainnya yang mampu membantunya mengelola perusahaan. Ditambah peran dosen UPH yang mendukungnya.
Disabilitas Tidak Membatasinya Berkontribusi bagi Negara
Nathania Tifara adalah mahasiswa UPH yang mengambil Program Studi Desain Komunikasi Visual, angkatan 2007. Awalnya Nathania Tifara masih mempertanyakan apa cita-cita dia kedepannya. “Saya tidak bisa membayangkan untuk masa depan. Belum memiliki passion. Sedangkan saya memiliki disabilitas pendengaran (Tuna Rungu) punya ketakutan tidak maximal memahami pelajaran kuliah. Apakah dosen dan teman-teman mau menerima kekurangan saya ini? Dunia saya masih polos. Penuh kepenasaran dan pertanyaan”, kenang Thania sang co-founder Guru Bumi ini. Setelah masuk kuliah, perjalanan menjadi mahasiswa selama 4 tahun perlahan membuka banyak pikiran. Perlahan kemampuan dan cita-cita/passion Thania semakin lama mulai terbentuk dan membuat ia menjadi lebih percaya diri. Nathania Tifara menceritakan bahwa UPH adalah tempat belajar di mana dia dapat membentuk karakter diri dan passion/cita-cita yang diinginkan dan sebagai rumahnya karena dapat membuat lingkungannya seperti keluarga dan penuh kehangatan. “Saya bersyukur sekali bahwa dosen-dosen, teman-teman UPH mau memahami dan membantu saya. Saya tidak lagi takut dengan keterbatasan pendengaran saya. Berkat bimbingan dosen yang bersabar mau menjelaskan dan mengarahkan saya, rupanya hasil karya saya lebih cocok di bidang anak-anak. Di situlah saya menemukan passion, saya ingin berkontribusi untuk Indonesia dengan melalui karya saya ini. Itu adalah impian saya. Yang sekarang menjadi pekerjaan saya membuat media edukasi untuk anak-anak, membantu proses belajar anak lebih mudah dan menyenangkan,” ujarnya. Saat ini Guru Bumi yang dibangun Thania dengan rekannya sudah mengalami banyak kemajuan. Guru Bumi yang dikembangkan adalah Educational Product/Games Creator utk bahan belajar mengajar sesuai dengan kebutuhan bahan belajar mengajar di Indonesia. Proper untuk anak-anak Difabel. Harapannya melalui Guru Bumi ini Thania ingin memberikan sebuah kontribusi untuk Indonesia.
Menghasilkan Generasi Muda yang Siap Bersaing Secara Global
“Kuliah di Fakultas Hukum UPH merupakan suatu kesempatan yang berharga untuk saya. Secara khusus, saya merasakan dedikasi yang sungguh dari Pak Dekan dan segenap dosen dalam mendidik dan mempersiapkan para mahasiswa agar siap bersaing di dunia kerja setelah lulus. Dukungan yang diberikan untuk kegiatan ekstrakurikuler seperti Pengadilan Semu Internasional merupakan salah satu bukti nyata akan komitmen UPH dalam meningkatkan daya saing para mahasiswanya baik di tingkat nasional maupun internasional. Dengan ilmu dan berbagai keahlian, termasuk soft skills, yang saya dapatkan di UPH, saya dapat bersaing dengan lulusan dari universitas-universitas terkemuka di dunia dan berkontribusi secara lebih bermakna dalam pekerjaan saya saat ini sebagai seorang pengacara di bidang penyelesaian sengketa internasional yang dapat beracara di pengadilan Indonesia dan di Inggris.”
Pengakuan ini disampaikan oleh Junianto James Losari, alumni UPH lulusan Ilmu Hukum, angkatan 2005. Sebagai seorang pengacara, tentunya segala ilmu dan keahlian yang pernah didapatkan James menjadi bekal untuk berkontribusi di bidang hukum. James berharap UPH bisa terus menghasilkan praktisi-praktisi hukum berkualitas, yang berkontribusi bagi bangsa Indonesia, melalui holistic education yang berstandar internasional. James merasa bahwa saat ini, untuk terjun ke dunia nyata bukan hanya bersaing dengan lingkup terbatas tetapi juga bersaing dengan lingkup global. James sangat mempercayai bahwa dengan adanya pembelajaran di UPH, setiap mahasiswa bisa memainkan peran sentral yang membentuk generasi muda yang kompeten, dan bukan hanya itu saya tetapi juga memiliki mental yang kuat dalam menghadapi berbagai macam tantangan.
Peluang untuk Mengubah Hidup
“Perkuliahan di UPH sungguh membentuk peranan terbesar dalam karier saya.” Hal ini diungkapkan oleh Desiree, salah satu alumni dari Program Studi Akuntansi UPH angkatan 2011. Ia melanjutkan bahwa kesempatannya berkuliah dan aktif dalam organisasi di UPH membantu Desiree untuk membangun hubungan dengan orang-orang yang sangat inspiratif dan mendukung, baik dosen maupun teman. Saat ini Desiree berkarir di Price Waterhouse Cooper (PWC) UK sebagai Digital Audit Senior Associate di mana sebelumnya ia memulai berkarirnya di PwC Indonesia selama setahun dari tahun 2014.
Bagi alumni yang memiliki lesung pipi ini, kegiatan yang diadakan oleh kampus memberikan kesempatan baginya untuk mengembangkan diri yang kemudian meningkatkan kepercayaan diri dan keterampilan berbicara di depan umum. Selama masa perkuliahan, Desiree aktif dalam berbagai kompetisi dan berhasil mendapat penghargaan, di antaranya: 2nd Runner-Up of Miss UPH Scholar 2012, Miss Accounting UPH 2014, 3rd Place Accounting Olympiad 2014, 3rd Place CPA Australia Accounting Competition 2014, dan 2nd Place National Accounting Battle ALESCO 2014.
“Momen saya yang paling mengesankan adalah mewakili Akuntansi untuk Miss UPH pada tahun 2012, bergabung dengan berbagai kompetisi Akuntansi dan tentu saja menjadi generasi pertama. Jika saya harus merangkum pengalaman saya belajar di UPH, tempat tersebut adalah kampus yang indah, banyak orang-orang yang mendukung, dan ada banyak peluang yang mengubah hidup. Saya berharap UPH terus melakukan apa yang dilakukannya: menumbuhkan orang-orang yang akan unggul dalam karier dan kehidupan mereka.”
UPH membekali Softskill Untuk Terjun ke Dunia Profesi
Memahami logika matematika dan belajar konsep programming, sudah diminati Elroy Y Setiabudi, alumni Fakultas Ilmu Komputer (FIK) UPH 2011, sejak memasuki kuliah. Pilihan Elroy pada bidang teknik informatika dibarengi dengan harapan untuk memperoleh karir yang menjajikan di dunia software engineering. Universitas Pelita Harapan (UPH) menjadi pilihan tidak hanya untuk mendapatkan ilmu secara akademik tetapi juga softskill. Alasannya memilih UPH didukung dengan fasilitas kampus yang lengkap dan mendukung proses belajar, serta lingkungan kampus yang aman dan nyaman. Tekadnya disertai dengan aktifitas di kelas maupun di luar kelas dan membuahkan hasil yang membanggakan.
Saat ini Elroy bekerja sebagai Product Manager di Bridestory, salah satu platform wedding terbesar di dunia. Pekerjaannya adalah merancang salah satu produk dari Bridestory, yaitu aplikasi mobile (iOS dan Android). Dalam pekerjaan ini saya harus dapat melihat kebutuhan user dan juga sisi bisnis yang kemudian diimplementasikan ke dalam pengembangan aplikasi dengan mempertimbangkan sisi user experience dan isu teknikal, jelas Elroy.
Selama kuliah, saya telah mengembangkan beberapa proyek pada beberapa bahasa pemrograman. Saya juga aktif dalam organisasi kemahasiswaan dan kegiatan di kampus maupun di luar kampus. Semua aktifitas yang saya ikuti baik di kelas maupun di luar kelas sangat bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan akademik dan non-akademik, tambahnya.
Sebagai alumni Teknik Informatika UPH, Elroy mengaku mendapatkan banyak pelajaran dan pengalaman, baik dari para dosen yang ahli di bidangnya dan juga melalui organisasi kemahasiswaan yang diikuti. Saya bersyukur bertemu dengan banyak orang di UPH yang membukakan wawasan saya lebih lagi. Semua pengalaman ini membuat saya memiliki dasar saat bekerja, yaitu inisiatif, hubungan interpersonal, kritis, dan kreatif. Semoga FIK UPH semakin maju dan menghasilkan lulusan yang semakin berkualitas. (RH)
Idealis Tapi Tetap Realistis
Menurut Cynthia untuk meraih kesuksesan, menurutnya setiap orang harus idealis tapi tetap realistis. Artinya harus punya prinsip, tapi harus tetap realistis dan tidak mengawang-awang.
Alumni Program Studi Desain Produk UPH tahun 2010 ini bekerja di sebuah perusahaan furniture, Kayunara, sebagai Head of Design. Dengan posisinay ia berkesempatan mengembangkan skill, bukan hanya mendesain tapi juga membuat sketsa ide, membuat prototype, menangani manajemen perusahaan, sampai terjun dalam proses produksi. Kayunara sendiri, tiap tahun mengeluarkan produk terbaru yang dipamerkan di CASA Indonesia.
Dengan pengalamannya, Cynthia menambahkan bahwa untuk jadi sukses harus punya target. Jangan setengah, tareget pertama selesai baru cari target baru. Semua butuh proses dan jangan pernah berhenti belajar.
True Knowledge dan Godly Character menjawab tantangan karir masa kini.
Jovita Irawati adalah salah satu alumni S3 UPH Dokter Hukum yang memiliki IPK 4.0 dan menjadi wisudawan terbaik dari seluruh strata pada wisuda XXX di tahun 2016. Jovita memutuskan untuk memilih melanjutkan doktoral bidang hukum untuk memperdalam wawasan dan pengetahuan hukum yang aplikatif di bidang kesehatan. Menurut Jovita, di UPH bukan saja mendapatkan pengetahuan yang banyak tetapi juga mendapatkan komunitas akademik yang berawasan luas dan penuh dedikasi. Jovita sangat bersyukur telah menjadi salah satu alumni yang menerima true knowledge dan memperdalam mengenai nilai-nilai godly character yang dapat menjawab tantangan karir yang sedang dijalankan, sebuah dunia kerja profesional yang sarat dengan permasalahan hukum dan kemanusiaan.
Jovita berharap bahwa UPH bisa semakin maju dan memberi kontribusi nyata dalam menyiapkan SDM berkualitas dan berintegritas untuk membangun bangsa dan negara Indonesia. Adapun beberapa kontribusi yang Jovita lakukan, diantaranya disertasi di pakai sebagai acuan untuk UU kesehatan, sebagai dosen tetap Magister Hukum UPH dan dosen penguji program Doktor Hukum. Sebelum menjadi President Director PT. OSO Jasa Medika (Hospital Holding Company- Member of OSO Group), Jovita pernah menjabat sebagai Direktur Administrasi di Rumah Sakit Pluit.
Pekerjaan di bidang riset sangat menarik
Menjadi peneliti memang pekerjaan yang diidamkan Diana Priyatno, alumni Bioteknologi UPH 2010. Ia sangat bersyukur setelah lulus, diterima sebagai assitent researcher di Mochtar Riady Intitute for Nanotechnology (MRIN). Saat ini ia ditempatkan pada divisi proteomik, dan menangani projek sel kanker pada usus besar. Aktivitasnya fokus pada penelitian perkembangan sel kanker dan cara untuk menghambat pertumbuhan sel tersebut.
Pekerjaan di bidang riset buat saya sangat menarik dan selalu bervariasi setiap hari. Mochtar Riady Intitute for Nanotechnology (MRIN) memiliki peralatan yang sangat lengkap dan tim riset yang bagus, sehingga menambah pengetahuan dan kemampuan saya di bidang riset, ungkapnya.
Ia mengaku pertama kali kenal dengan Bioteknologi UPH saat ada edu fair di sekolahnya, SMA Santa Ursula Jakarta. Saat saya mencari informasi, ternyata ada jalur beasiswa, dan saya mendapatkan beasiswa di Jurusan Bioteknologi UPH, katanya.
Bagi Diana, Bioteknologi tergolong ilmu baru yang sangat menarik dan terus berkembang. Jurusan ini sesuai dengan minatnya yang menyukai ilmu biologi dan berhubungan dengan dunia medis.
Universitas Pelita Harapan merupakan salah satu kampus swasta di Indonesia yang menawarkan peminatan Bioteknologi. Konsep pembelajaran program Bioteknologi UPH tak hanya fokus pada materi, tetapi juga mengajarkan transferable skill. Diantaranya melalui proses belajar dengan tutorial, yakni mahasiswa diberikan studi mandiri dengan kasus terkait bahan kuliah. Riset menjadi kegiatan utama program Bioteknologi UPH. Kampus ini juga memiliki fasilitas riset yang sangat memadai. Integrasi antara UPH dengan pusat riset Mochtar Riady Institute for Nanotechnology (MRIN) memberikan benefit bagi mahasiswa bioteknologi UPH dalam melakukan praktikum dan riset.
Hasilnya terlihat dari kemampuan mahasiswa Bioteknologi UPH yang unggul dalam berbagai berkompetisi dan dalam bidang riset. Diana sudah membuktikan.
Secara umum kuliah di Bioteknologi UPH sesuai dengan harapan saya. Dosen-dosen pengajar di jurusan Bioteknologi UPH sangat ahli dan berpengalaman di bidangnya. Saya mendapatkan ilmu dan juga kesempatan untuk melakukan riset-riset yang memperkuat ilmu yang dipelajari. Peralatan lab yang tersedia cukup memadai sehingga sangat membantu proses belajar, jelas Diana.
Menurut Karel Karsten, masuk ke UPH bukanlah penyesalan tetapi masuk ke UPH menjadikan Karel Karsten untuk mengenal lebih dalam mengenai Psikologi dan bukan hanya tentang Psikologi saja, namun UPH juga mengajarkan mengenai Iman Kristen yang lebih mendalam lagi. Saat ini Karsten terpanggil untuk menjadi dosen di Fakultas Psikologi UPH. Selain menjadi dosen, Karsten juga menjadi seorang Psikolog dan menjadi seorang Vice President Indonesian Counselling Association. Karsten mengungkapkan bahwa UPH telah menetapkan atmosfir akademik yang ideal dan yang menjadikan seseorang mendorong transfer pengetahuan yang menyenangkan yang dimana mahasiswa dapat mempertahankan hubungan pendamping yang erat dengan dosen mereka. Karsten selain bekerja menjadi dosen, Psikolog, dan Vice President, ia juga pernah terlibat dalam organisasi yaitu menjadi wakil ketua dari Indonesian Counselling Association, dan menjadi perwakilan Indonesia dalam American Board of Medical Psychotherapists and Psychodiagnostician dan Association of Psychotherapists and Counselors in Singapore. Karsten juga berkontribusi dengan masyarakat dengan membantu client menemukan Tuhan dalam pelayanan Counseling melalui Expriencing Life Foundation, memberikan layanan e-counseling secara gratis, dan juga menulis.
Bisnis Pekerjaan yang Mulia
Tumbuh di lingkungan keluarga pengusaha, sangat mempengaruhi minat Stevanus Guntur, alumni Menejemen Business School UPH 2010, untuk mencoba terjun ke dunia bisnis sejak remaja. Niat ini pula yang menjadi alasan dia memilih Jurusan Menejemen, Business School UPH. Pilihan jurusan memang sesuai dengan keingan saya dari dulu untuk berwirausaha. Sedangkan pilihan ke UPH karena rekomendasi koko saya, yang sudah lebih dulu masuk, aku Guntur.
Salah satu yang paling disukai Stevanus saat kuliah di Business School UPH adalah teman-teman atau komunitasnya. Teman-teman saya banyak dari anak-anak pengusaha. Jadi pembicaraan kami tidak jauh-jauh dari bisnis. Dalam bisnis koneksi sangat penting. Jadi target saya kalau lulus bisa punya relasi yang dari kalangan keluarga pebisnis, katanya.
Pilihan kuliah di UPH diakuinya memang tepat. Selain dari komunitasnya, dia juga sangat menikmati fasilitas yang tersedia di kampus dan dosen-dosen yang bagus. Sejak di awal kuliah ia juga aktif dalam kegiatan kemahasiswaan, seperti BEM, HMJ dan kegiatan kerohanian. Di sela-sela kesibukannya, ia tetap menyempatkan diri berbisnis.
Bisnis, pertemanan, kegiatan kemahasiswaan, dan lain-lain, sangat dinikmatinya. Aktivitas-aktivitas inilah yang membuat masa kuliah jadi nikmat dan tidak membosankan.
Awalnya saya jadi sales obat diet dan ternyata berhasil. Dari situ saya bisa nabung. Saat temen saya mengajak berbisnis, saya menyambut antusias. Alasan saya waktu itu, saya punya modal sendiri, tidak mengganggu cash flow orang tua, dan msih muda. Jadi kalau gagal tidak terlalu beresiko, papar Stevanus sambil mengakui tidak pernah terpikir akan terjun ke bisnis jeans.
Pokoknya yang waktu itu saya pikirkan bagaimana berbisnis. Jadi bidangnya apa saja tidak masalah. Setelah saya jalani baru saya pelajari lebih dalam tentang produknya, dan ternyata menarik, jelasnya. Menurutnya bidang usaha bukan menjadi hal utama dalam memulai bisnis. Yang penting bagaimana mengusahakan apa yang ada untuk mendapatkan profit.
Produk jeans yang dipasarkan Stevanus bermerek Denimnreality atau dikenal dengan DNR. Dibalik nama itu ada harapan untuk menjadikan DNR sebagai realita bagi kawula muda yang menggunakannya. Ide ini muncul dari kolaborasi Stevanus dan kedua rekan kuliahnya Brian Sumito (Ilmu Komunikasi 2010) dan Andra Ramadhan (Desain Komunikasi Visual 2009).
Ia mengaku bisnisnya sangat terbantu dengan dukungan teman-teman di kampus. Strategi direct selling dan penjualan online sangat efektif. Event-event yang ada di kampus UPH diakui Stevanus menjadi ajang uji coba untuk para pebisnis pemula.
Keberhasilannya memasarkan DNR membuahkan kepercayaan orang tua untuk menjalankan bisnis keluarga. Bagi saya bisnis adalah pekerjaan mulia. Karena dalam sebuah bisnis kita bertanggung jawab pada banyak keluarga. Jadi saya harus mengusahakan perusahaan agar running well supaya bisa mensejahterakan karyawan, jelasnya.
Saat ini DNR dilanjutkan kedua rekan bisnisnya. Sementara Stevanus memfokuskan diri untuk mengembangkan bisnis keluarga pada bisnis makanan oleh-oleh khas Cirebon. Tantangan terbesar sebagai suksesor tidak hanya membuat usaha orang tua bisa berjalan, tetapi bagaimana supaya bisa berkembang, katanya dengan tegas.
Berbekal pengalaman, ia menggunakan strategi pemasaran modern, untuk memsarkan produk oleh-oleh makanan khas Cirebon, diantaranya networkning dengan berbagai pihak seperti bisnis travel, hotel, asosiasi pariwisata, usaha transportasi dll. Dengan cara ini omset bisa ditingkatkan 50-100%. Saat ini Pangestu masuk sebagai 3 besar toko oleh-oleh tradisional Cirebon. Ia terus mengupayakan peningkatan kualitas produk dengan mesin pengolahan modern dan merambah ke pasar internasional.
Passion Sebagai Pondasi Mengejar Mimpi, Jadi Orang Indonesia Pertama Sebagai Tv Host E! News Asia
Satu kebanggan tersendiri bagi Elizabeth ketika ia menjadi orang Indonesia pertama sebagai TV Host di E! News Asia. Elizabeth mengaku memang memiliki passion di bidang fashion sejak muda, dan passionnya ini mendorongnya untuk terus mengembangkan diri. Beberapa pengalamannya antara lain menjadi head stylist di Surabaya Fashion Parade 2015 dan Jakarta Fashion Week 2016. Bahkan kini ini telah menajdi salah satu Fashion Bloger terkemuka dan influencer di dunia digital. Elizabeth bersama Maria, saudara kembarnya juga telah menulis buku Becoming Unstoppable.
Apa yang dicapai Elizabeth merupakan buah dari passion-nya. Pengalaman kuliah hingga terjun ke dunia karier yang membuatnya semakin mengenal diri sendiri. Studi di UPH sangat mempersiapkan saya terjun di industri media, ia juga dilatih untuk menjadi pribadi yang tekun dan disiplin.
Kuliah di Program Studi Manajemen Mengajarkan Cara Berpikir
Michael Surjono mengajak anak muda untuk membangun bisnis sejak kuliah, sama seperti dirinya. Alumni Manajemen UPH ini telah berhasil membuat bisnis makanan Paper Bag. Momen UPH Festival merupakan sarana yang ia manfaatkan untuk mengenalkan bisnisnya ini kepada masyarakat.
Ia mengaku bahwa pengetahuan yang ia dapatkan selama berkuliah membawa dampak besar bagi perkembangan bisnisnya. Ilmu manajemen seperti tentang Brand Management sangat terpakai hingga saat ini. Peran dosen yang profesional dan ahli di bidangnya juga semakin memberikan tambahan ilmu bagi Michael.
Memiliki Profesi Tidak Menyurutkan Keinginan untuk Berkuliah
Joan yang sebelum kuliah di Fakultas Ilmu Keperawatan UPH, berprofesi sebagai Perawat di Siloam Hospital Lippo Village di bagian Emergency, dan sudah bergabung sejak 3 Januari 2000. Tahun 2008 Joan diberikan kesempatan untuk melanjutkan kuliah di School Of Nursing UPH (yang kini namanya menjadi Faculty of Nursing UPH). Dengan beasiswa penuh dari Siloam Hospital Lippo Village. Kembali menjadi mahasiswa bukanlah hal yang mudah apalagi sambil bekerja, tetapi menjadi mahasiswa dan sekarang alumni UPH merupakan kebanggaan bagi Joan. Joan mengatakan bahwa dengan fasilitas yang sangat lengkap membuat perkuliahan menjadi menyenangkan walaupun dengan banyak tugas-tugas yang harus diselesaikan, tetapi fasilitas buku-buku di perpustakaan dan juga buku-buku online yang bisa di akses mahasiswa membuat semua tugas-tugas dapat di selesaikan dengan mudah.
Sebagai angkatan kedua dari School Of Nursing UPH (Faculty of Nursing UPH), saat itu banyak dosen-dosen yang mengajar berasal dari Australia dan Canada, sehingga mahasiswa termasuk Joan, di dorong untuk aktif berbahasa inggris, khususnya saat dosen-dosen tersebut mengajar. Ditambah metode pengajaran di FoN UPH mengkondisikan mahasiswanya harus aktif mencari tahu tentang pelajaran yang dipelajarinya. Meski harus bekerja sambil kuliah, Joan bersyukur tetap mendapat nilai yang baik.
“Tentunya berkat dukungan para dosen yang sangat membantu di setiap proses yang berlangsung,” kenangnya.
Berkat bekal akademik, aktivitas organisasi profesi dan pengalaman karirnya, kini Joan dipercayakan menjadi Head Division of Nursing Development & Clinical Operation di Siloam Hospital MRCCC Semanggi.
Joan juga berharap Faculty of Nursing UPH segera membuka perkuliahan untuk S2 Keperawatan.
“Jika kedepan program S2 dibuka, saya adalah salah satu orang yang akan mendaftar kembali menjadi mahasiswanya dan akan dengan bangga untuk kembali mengenakan Toga Wisuda UPH untuk ke tiga kalinya,” tuturnya.
Ketenaran Bukan Tujuan Utama Menjadi Seorang Jurnalis
Saat ini, banyak orang terutama generasi muda tertarik untuk menjadi jurnalis. Profesi ini dapat dianggap keren, seksi, mengagumkan, dan tentu saja kita dapat bertemu orang-orang yang menarik seperti aktris, pengusaha, pemerintah dan banyak lagi. Tidak menutup kemungkinan para jurnalis bisa dikenal banyak orang.
Tetapi bagi Anggy, ketenaran bukan tujuan utamanya memilih profesi tersebut. “Saya hanya ingin bermanfaat bagi masyarakat,” tutur Anggy yang merupakan alumni UPH Program Studi Hubungan Internasional angkatan 2007.
“Sebagai jurnalis, saya harus melakukan pekerjaan secara profesional untuk mengumpulkan informasi secara terperinci, cepat, dan melaporkannya melalui Live Report. Di sisi lain, saya ingin membantu orang yang membutuhkan pada saat saya melaporkan sebuah peristiwa,” tutup Anggy.
Berfikir Kreatif dan Beradaptasi dengan Perkembangan Teknologi
Ditengah-tengah ketenaran aplikasi global, seperti Facebook, Twitter, dan LinkedIn, yang digunakan pengguna Internet di Indonesia yang jumlahnya cukup tinggi, kini bermunculan aplikasi-aplikasi lokal karya anak bangsa. Salah satunya aplikasi ‘LiteBIG Messenger’ yang dikembangkan M. Tesar Sandikapura, alumni Magister Teknik Elektro UPH tahun 2009.
Pendidikan memberinya tidak hanya pengetahuan tetapi juga pengalaman berharga. Dengan mengambil kuliah di S2 Teknik Elektro mampu mendukung kemampuan saya dalam belajar programming juga coding. Saya juga belajar membangun teamwork dan kerjasama networking yang baik. Melalui para dosen yang juga para praktisi saya dapat belajar dari pengalaman mereka, bahwa teknologi yang umum kita pakai sekarang ini ternyata adalah hasil riset para ilmuwan sekitar 5-10 tahun ke belakang. Artinya jika kita ingin tahu apa teknologi sekitar 5-10 Tahun kedepan, harus banyak membaca jurnal ilmiah internasional, sehingga kita dapat terus terupdate dengan segala macam peneliti didunia, kesan Tesar pada almamaternya Magister Teknik Elektro UPH.
Tesar yang dikenal sebagai seorang IT profesional, selalu berpikir kreatif dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Ketekunannya membuahkan penghargaan sebagai Rising Star pada tahun 2010.
Memulai karier sebagai IT Supervisor, programmer, system analyst, hingga dipercaya sebagai Team Leader for UAT Team (GSM Operator HCPT 3). Tesar tidak pernah menyerah mengejar mimpi-mimpinya.
Bermodal kemauan untuk terus belajar dan berkembang, serta kemampuan komunikasi yang sangat baik menjadikannya sebagai asset yang berharga bagi perusahaan dimana ia bergabung.
Profesionalitas dalam kepemimpinan dan penguasaannya di bidang IT mengantarnya menjadi startup yang berhasil mengusung LiteBIG menjadi salah satu aplikasi lokal yang patut diperhitungkan.
Baginya kesuksesan harus disertai dengan tindakan untuk memberi manfaat bagi banyak orang. Tak jarang ia membagikan pengalaman dan pengetahuannya kepada rekan-rekan mahasiswa dan memberikan motivasi untuk maju dan berkembang.
Dalam kesempatan kuliah tamu kepada mahasiswa Teknik Elektro di kampus UPH, Tesar memberikan tips-tips dalam membangun bisnis teknologi dan perjuangan dalam memasuki pasar. Ia mengajak mahasiswa untuk menyadari bahwa dalam membangun sebuah usaha tidak hanya kemampuan yang dibutuhkan tapi juga karakter yang baik sebagai modal.
Tesar dan tim terus mengembangkan aplikasinya. Di akhir tahun 2015 Tesar kembali meraih penghargaan Liga Digital 2015 kategori komunikasi/sosial media, dalam kompetisi bertema Mobile Developers Gathering (MDG) yang diadakan APJII.
Penghargaan yang diraih Tesar, mengangkat aplikasi LiteBIG untuk bersaing dengan aplikasi global. Upaya tersebut didukung APJII bersama pihak lainnya seperti Masyarakat Industri Kreatif Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia (Mikti), Klik Indonesia, dan Teknopreneur Indonesia, yang mengupayakan untuk menggenjot aplikasi lokal yang bisa diperhitungkan dan bersaing dengan aplikasi global.
Peluang karier di dunia IT masih terbuka lebar. Kita harus kreatif dan selalu mengupdate skill agar dapat mengikuti perkembangan teknologi, kata Tesar seraya berharap aplikasi LiteBIG yang diusungnya dapat menyaingi aplikasi sejenis yang sudah ada. (RH)
Tularkan Semangat Entrepreneurship Pada Interior Designer Muda
Jane Nathalia, alumni UPH dengan jiwa entrepreneurship yang berinisiatif membangun perushaannya sendiri. 2012, ia resmi mendirikan PT IOOR Studio, perushaan interior konsultan bersama 2 alumni Desain interior lainnya. Hingga akhirnya di 2017 Jane juga membuat sister company, HOOM sebagai perusahaan yang spesifik menangani interior home living. Sedangkan IOOR fokus pada interior public space, komersil, dan hospitality.
Bagi Jane, pencapaian ini tidak lepas dari peran UPH yang mengajarkannya konsep perencanaan interior. Itulah yang menjadi pondasinya dalam bekerja. UPH juga mengajarkan nilai Ketuhanan dan terus menjadi pegangan Jane, yaitu apapun yang kita dapatkan asalnya dari Tuhan.
Perlu Goal yang Jelas untuk Sukses
Michael Sutedjo meyakini bahwa memiliki goal atau sasaran yang jelas merupakan hal penting untuk sukses. Saat ini Michael telah berprofesi sebagai Project Supervisor di PT Lippo Karawaci Tbk Sejak 2015. Sebelumnya ia juga pernah bekerja sebagai konsultan di PT Wiratman Jakarta. Tidak lama setelahnya ia bergabung dengan sebuah kontraktor kecil dan memberinya kesempatan untuk terus belajar.
Perkembangan kariernya saat ini diakuinya tidak terlepas dari pengalaman berkuliah di UPH. Menurutnya, materi pelajaran yang diberikan di UPH tidak kalah dari universitas lain. Yang menjadi keunggulan adalah banyaknya koneksi yang didapat, karena banyak teman yang bekerja di berbagai tempat dan tidak pelit dalam berbagi informasi.
Kedepannya Michael ingin naik level menjadi Project Manager, tapi ia berprinsip apa pun yang dikerjakan dirinya tetap harus mampu menjadi pribadi bertanggung jawab.
Sukses Berkarier Dimulai dari Memilih Prodi yang Tepat
Bagi Richie hidup bukan hanya untuk diri sendiri tapi mampu berkontribusi kepada sekitar kita. Ini prinsip yang terus dibawanya hingga ia menjadi Founder & Strategy Director Credens Strategic Branding. Fokusnya adalah membawa Credens menjadi agensi yang fokus dalam mengarahkan dan merubah visi serta tujuan dari para klien terkait brand usaha mereka dengan memberikan strategi pengelolaan brand hingga ide-ide taktis. Bagi Richie bekerja sebagai konsultan dapat memperbesar kapasitasnya karena ia harus mendalami beragam industri dan klien. Kariernya di industri kreatif berawal dari kesempatannya untuk magang di sebuah Advertising Agency bernama One Comm Indonesia Dialogue. Ketika magang, ia benar-benar belajar banyak hal yang terkait dengan IMC, ilmu yang dipelajarinya di Program Studi Ilmu Komunikasi. Tidak hanya itu menurutnya dengan mendapat ilmu praktis saat berkuliah, menjadikan mahasiswa dipercaya dalam industri kreatif dan pemasaran.
Sukses Berkarier Dimulai dari Memilih Prodi yang Tepat
Selain berkat dosen praktisi, kesempatan magang juga sangat membantu Elsya semakin mengenal dan menyukai bidang marketing communication. Baginya, magang bukan sekedar untuk mencari nilai, melainkan kesempatan untuk belajar dan mengaplikasikan teori yang didapat di kelas.
Elsya menegaskan bahwa kesempatan magang sangat berharga. Karenanya harus dimanfaatkan dengan sungguh-sungguh dan benar-benar aktif. Cari dan gali ilmu sebanyak-banyaknya.
Diakuinya dulu saat ia magang, perusahaan memandang kami sangat aktif dan bertanggung jawab. Perusahaan menaruh kepercayaan yang besar bagi para lulusan UPH. Ini harus terus dijaga. Sekarang, Elsya serius meniti karier di bidang marketing / branding dan kariernya berkembang pesat. Hal yang ia pelajari dari pengalaman ini adalah “commited to small things” yang akhirnya mengantar dirinya untuk dipercaya mengerjakan proyek-proyek besar.
Menjadi Businessman Melalui Dunia Finance
Bercita-cita menjadi businessman sejak awal, membuat Ricky memilih melanjutkan studi di Business School UPH pada tahun 2007. Ia pun mengambil program studi Manajemen dengan konsentrasi Applied Finance. Terbukti, Ricky sukses menjalani karir di bidang finance, mulai dari perusahaan saham hingga saat ini di Bahana Securities.
Saat kuliah di UPH selama 3,5 tahun, Ricky menilai para dosen sangat membantunya. Kelebihan UPH lainnya adalah lingkungan yang tenang untuk memberikan banyak energi dalam belajar. Sehingga ia bias bukan hanya berfokus pada teori, tapi juga mempraktekkannya. Terbukti, ia berhasil lulus dengan predikat magna cumlaude dengan IPK 3.85.
Menciptakan Business Value Melalui Desain Web
Di usia yang relatif muda, Patrick Andronicus, lulusan Sistem Informasi, Universitas Pelita Harapan tahun 2010, telah memimpin sebuah perusahaan Creative Agency yang bergerak dibidang Web Design & Development, dan dipercaya menangani website beberapa perusahaan besar seperti Agung Podomoro Land, PT. Nutrifood, Leica Indonesia, Leks & Co Law Firm, Old Chang kee Singapore, PT. TOP Food dan Kedutaan Australia.
Bagi Patrick, desain sebuah web bukan hanya sebatas baik atau jelek, tapi bagaimana desain itu dapatmemecahkan masalah dengan cara yang kreatif dan efektif. “Melalui implementasi yang sederhana, saya menciptakan business value untuk client kami sehingga
situs yang kami rancang dapat terlihat dan berfungsi sebagaimana yang diharapkan oleh si client, jelas Patrick.
Konsep ini didapat melalui pengalamannya dalam membangun website beberapa clientnya dan juga dari ilmu yang diperoleh secara otodidak, ditambah pengetahuan di bangku kuliah. Tidak heran jika 7 penghargaan dari berbagai kompetisi desain web diperolehnya sejak di bangku SMA dan menjuarai National Logic and Programming Olympiade di tingkat provinsi pada saat kuliah.
Keberhasilannya juga diakui tidak terlepas dari dukungan networking dari teman-teman kuliahnya di UPH.
Sejak kuliah saya sudah mengerjakan pembuatan website dari beberapa client yang diperoleh dari teman- teman kuliah. Di UPH koneksi terbuka luas. Awalnya fee untuk pembuatan website saya tidak mahal, dan tidak jarang kami mendapatkan client dari perusahaan lumayan ternama. Pengalaman ini sangat berguna untuk menambah portfolio, kenangnya.
Setelah lulus ia menekuni usaha di bidang Creative Web Agency yang fokus pada jasa web design & development. Semua dikerjakan sendiri, mulai dari mencari client, sampai administrasi. Patrick merintis dari menangani client-client perusahaan kecil dan
meningkat ke perusahaan besar. Salah satu client besar Agung Podomoro, awalnya ia mengerjakan satu project, karena mereka puas dengan pelayanan yang diberikan, ia dipercaya mengerjakan project-project Agung Podomoro lainnya. Setelah 2 tahun bekerja sendiri, ia memberanikan untuk membuka kantor dengan merekrut staff. Selain staff tetap ada juga beberapa karyawan partime serta mahasiswa magang dari universitas di sekitar lokasi kantor.
Untuk sukses, Patrick memegang prinsip selalu memberikan pelayanan menyeluruh dan memuaskan, perluas relasi atau networking, mengikuti perkembangan jaman dan jangan berhenti belajar. Terus belajar dan mengembangkan diri, dunia teknologi berkembang sangat cepat, kami selalu mengikuti perkembangan teknologi dan skill untuk melengkapi penguasaan tentang website development, ilmu lain juga perlu dipelajari, seperti ilmu menejemen, keuangan, dan leadership, katanya.
Sebagai alumni UPH Patrick berharap dapat memberikan kontribusi bagi almamaternya, baik dalam bentuk input di bidang web desain juga tidak menutup kemungkinan memberikan kesempatan magang kepada adik-adik kelasnya. (rh)
Ilmu Psikologi, Ilmu yang Aplikatif untuk Beragam Bidang
Alumni UPH yang satu ini berhasil membangun bisnis logistic untuk e-commers dengan nama Electronic locker Popbox. Dia adalah Greeta Bunawan, alumni Fakultas Psikologi UPH 2005, founder Electronic locker Popbox yang mendapatkan pendanaan tahap awal dari East Ventures, sebuah perusahaan investasi yang fokus memberikan pendanaan untuk startup. Pendanaan ini dimaksudkan untuk membantu ekspansi bisnis Popbox di Indonesia serta pengembangan fitur dan teknologi yang dimilikinya. Menurut Greeta ide bisnis ini di luar negeri sudah banyak yang menjalankan contoh Amazon locker di Amerika, atau di China bisnis ini juga kini sudah menjamur. Peluang untuk binis logistic e-commers di Indonesia masih besar. Setiap hari orang belanja online dan menggunakan jasa logistic ini. Saya meyakini e-commers Indonesia akan berkembang, namun masalah infrastruktur akan menjadi bottle neck. Karena itu saya memilih menjalankan bisnis ini to solve one of the issues in evisiency in infrastructur problem. Jasa ini juga bisa mengatasi masalah time evisiensi dan problem polusi. Jadi bisa dibayangkan kurir yang sebelumnya harus mengirim ke 10 tempat yang berbeda membutuhkan waktu lebih banyak belum lagi masalah tidak ada orang yang menerima dan harus menunggu, maka waktu yang terbuang lebih banyak. Dengan jasa ini maka si kurir bisa mengirim lebih banyak barang ke satu tempat, jelas Greeta. Bekal ilmu tentang manusia yang dipelajari saat kuliah di Psikologi UPH sangat membantu Greeta dalam pekerjaannya. Ilmu Psikologi dapat diaplikasikan ke semua bidang dan sangat sesuai dengan passion saya, yaitu dealing with people, memahami orang lain, berempati dengan rekan kerja, dan memudahkan kita adjust dengan lingkungan sekitar, tambah Greeta. Ditambah bekal pengetahuan dan pengalaman kerja di bidang promotion dan exhibition yang pernah digelutinya, membuka wawasannya untuk melihat peluang bisnis yang akan booming di masa depan, yaitu layanan electronic locker. Electronic locker menyediakan layanan logistik berupa pick-up point pengambilan barang konsumen belanja online. Bagi merchant e-commers, layanan ini membuat pengiriman akan lebih cepat, efisein, aman, dan murah. Konsumen juga lebih mudah mengambil barang di lokasi terdekat kapan pun dengan keamanan yang terjamin. Untuk menjalankan bisnis ini, keterampilan dealing with people sangat membantu Greeta untuk menggandeng partner bisnis dan memperluas jaringan dengan para merchant.
Si Kembar yang Menginspirasi
Suatu kebanggaan tersendiri bagi si kembar yang merupakan lulusan UPH Program Studi Ilmu Komunikasi angkatan 2009 ketika mereka menjadi orang Indonesia pertama sebagai TV Host di E! News Asia. Sejak muda Elizabeth dan Maria mengaku memiliki passion yang sama dibidang fashion dan passionnyaini mendorongnya untuk terus mengembangkan diri. Bahkan kini mereka berdua menjadi salah satu influencer terkenal di media social. Tidak hanya dalam bidang fashion namun juga travel dan lifestyle.
Elizabeth berkisah bahwa ia pernah menjadi head stylist di Surabaya Fashion Parade 2015 dan Jakarta Fashion Week 2016. Maria kembarannya juga tak kalah aktif. Sewaktu kuliah dia aktif mengikuti berbagai kegiatan seperti mengikuti kontes Miss UPH Scholar 2011, Program Student Exchange, dan menjadi delegasi Indonesia untuk APEC Voices of The Futurepada tahun 2013 di Bali. Tekadnya mengharumkan nama Indonesia ke ajang dunia menjadi kenyataan setelah terpilih sebagai pemenang Miss Indonesia 2014 dan mewakili Indonesia dalam ajang Miss World. Perjuangan dan kerja kerasnya membuahkan hasil. Maria masuk dalam Top 25 & Winner Beauty with a Purpose (BWP) di Miss World 2014. Elizabet dan Maria sepakat bahwa kuliah dan aktif dalam kegiatan organisasi kemahasiswaan di UPH memberikan mereka pelajaran dan pengalaman luar biasa.
Jika ditanya satu persatu, Elizabeth mengungkapkan studi di UPH sangat mempersiapkan saya terjun di industri media, ia juga dilatih untuk menjadi pribadi yang tekun dan disiplin. Kembarannya, Maria juga mengungkapkan kuliah di UPH memberikan pelajaran dan pengalaman luar biasa. Saya bisa mengembangkan diri dan lebih percaya diri. Dosen di UPH tidak hanya mengajar di kelas, tetapi juga dekat dengan mahasiswa dan sangat membantu mahasiswa.
Saat ini Elizabeth bersama Maria, telah menulis sebuah buku yang berjudul Becoming Unstoppable. Buku inspirasi bahwa segala sesuatu membutuhkan perjalanan dan pejuangan, tidak ada yang instan. Riwayat pernah mengalami bullying dan depresi sewaktu kecil tidak buat mereka menyerah pada keadaan. Mereka berharap buku ini dapat menginspirasi banyak orang agar terus berusaha dan menjadi unstoppable. Diakhir kesempatan interview Maria berpesan untuk teman-teman UPH, supaya terus semangat, berusaha keras dan percaya pada Tuhan, jangan mengandalkan diri sendiri. Berserah pada Tuhan dan Dia akan membimbing kamu.
Dari Menulis Jurnal Ilmiah Sampai Mendapat Beasiswa Doktoral
UPH adalah tempat yang membentuk Hery menjadi pribadi yang bisa menerima dan siap untuk terjun ke dunia nyata, selepas ia menyelesaikan pendidikannya di UPH. Hery adalah angkatan ke-2 UPH yang masuk pada tahun 1995. Ia masuk ke UPH dengan memilih Program Studi Teknik Elektro. Di dalam jurusan tersebut, Hery merasakan betul bahwa yang telah diajarkan oleh para dosen selama kuliah sangat berguna baginya saat ini. “Terlebih fasilitas-fasilitas yang ada di perpustakaan,” ungkap Hery.
Selama ini, Hery telah melakukan beberapa riset yang berbentuk jurnal ilmiah, di antaranya Plasma-induced quantum well intermixing for monolithic photonic integration, InGaAs/GaAs Quantum-Dot, Superluminescent Diode for Optical Sensor and Imaging (IEEE Journal); High-Density Plasma Enhanced Quantum Well, Intermixing in InGaAs/InGaAsP Structure Using Argon Plasma (Japanese Journal of Applied Physics). Selain itu, Hery juga memegang 5 US Patents di antaranya Zoned Optical Waveplate, Broadband Semiconductor Laser, Reflective Diffraction Grating and Fibrication Method, Optical Broadband Emitters and Methods of Making The Same, dan Reflective LC Devices including Thin Film Metal Grating. Hery mengatakan saat ini bekerja di Sillicon Valley, California, USA sebagai Engineering Director, Lumentum Operations LLC. Tempat ini merupakan sebuah perusahaan semikondaktor di Sillicon Valley. Bukan hanya itu saja tetapi, Hery juga menerima beasiswa doctoral di NTU Singapore dan meraih award sebagai Outstanding Young Alumni. Penerima award serupa dari Indonesia sampai saat ini hanya 3 orang, yaitu Merry Riana, AHY, dan Hery Susanto.
Berbekal Ilmu Teknologi Pangan, Dirikan Manufaktur Bahan Konstruksi
Albert Hendriko, seorang pebisnis muda yang gemar bermain Golf ini merupakan alumni Teknologi Pangan, angkatan 2005. Kesuksesan Albert dalam menjalani perusahaan manufaktur untuk bahan konstruksi yang dimilikinya yaitu PT Trimadulimas Indonesia, tidak lepas dari peran UPH sebagai universitas yang memberikan pengalaman berharga untuk dirinya. Pada Alumni Golf Event yang diadakan pada 7 November 2014 lalu di Imperial Klub Golf, Albert menceritakan pengalamannya.
Pada mulanya, Albert berniat untuk masuk ke Jurusan Teknik Sipil atau Arsitektur, tetapi karena terjadi kesalahannya dalam melingkari jurusan yang dipilih saat pengisian formulir pendaftaran, akhirnya Albert pun masuk ke Jurusan Teknologi Pangan. Setelah dicoba selama satu semester ternyata Albert menyukai pelajaran di jurusan ini, nilai yang diperoleh pun bagus dan ia memutuskan untuk meneruskannya hingga tamat. Albert juga menyelesaikan masa perkuliahannya dalam waktu yang tergolong cepat yaitu 3 tahun.
Ilmu yang diperolehnya selama berkuliah di Teknologi Pangan UPH masih diaplikasikan dalam menjalani bisnisnya. Di Teknologi Pangan kita banyak mempelajari kimia dan unsur kimia ini tidak pernah berubah. Kebetulan di industri manufaktur, kami memproduksi bahan mentah menjadi bahan siap sehingga akan bergelut dengan zat-zat kimia. Jadi ilmu-ilmu di Teknologi Pangan masih sangat terpakai sampai saat ini, jelas Albert.
Selain lingkungan dan fasilitas yang lengkap, hal yang berkesan dari UPH menurut Albert adalah UPH tidak hanya mengajarkan hard skill melainkan juga soft skill. Melalui kegiatan seperti Service Learning, mahasiswa juga diajarkan untuk bisa berinteraksi dan membangun relasi yang baik dengan orang lain. Kemampuan ini yang akan sangat diperlukan dalam dunia kerja nanti dan tidak didapatkan di dalam kelas, jelas Albert.
Kepada mahasiswa yang masih berkuliah, Albert berpesan agar giat belajar dan jangan menjadikan masa-masa berkuliah itu beban. Tujuan utama kuliah itu adalah lulus, dan untuk lulus kita harus belajar. Terkadang belajar menjadi suatu beban, sehingga membuat belajar tidak disenangi. Seharusnya kita akan mudah belajar saat otak kita relax. Jadi belajar harus dianggap seperti permainan, sehingga belajar menjadi suatu yang menyenangkan, jelas Albert.
Melanjutkan Karir Akademik di Negeri Sakura
Ellen Tanudjaja adalah salah satu alumni S1 UPH Program Studi Bioteknologi yang menerima beasiswa Monbukagakusho Japan untuk Program Master Bioengineering, Tohoku University di Japan. Selain itu, Ellen juga mendapat Hisho Award (Excellent Student Award of the Society for Biotechnology, Japan) pada tahun 2016. Dan bukan hanya itu saja, di tahun 2019 Ellen menerima JSPS (The Japan Society for Promotion of Science) fellowship – DC2 Special Researcher dengan riset yang berjudul Elcidation of novel functions of Escherichia coli Trk/Ktr/HKT transporter.
Selain beberapa penghargaan yang telah Ellen terima, ia juga bekerja sama dengan beberapa rekannya untuk melakukan riset publikasi. Salah satu contoh, pada tahun 2017 Ellen Tanudjaja, Naomi Hoshi, Yi-Hsin Su, Shin Hamamoto & Nobuyuki Uozumi membuat riset yang berjudul Kup-mediated Cs+ uptake and Kdp-driven K+ uptake coordinate to promote cell growth during excess Cs+ conditions in Escherichia coli. Riset ini di publikasikan di National Center for Biotechnology Information, U.S. National Library of Medicine. Pada bulan Juni 2019 lalu Ellen Tanudjaja bersama dengan rekannya Naomi Hoshi, Yi-Hsin Su, Nanatani Kei, Shin Hamamoto & Nobuyuki Uozumi membuat poster presentasi tentang Kup-driven Cs+ uptake promote Escherichia coli growth under K+ limited condition di event American Society of Microbiology (ASM) Microbe 2019, USA.
Menghapus Stigma Negatif UPH
Dr. Vito, seorang dokter muda dengan banyak talenta dan memiliki hati untuk menolong orang banyak melalui dunia kedokteran. Ia sangat antusias untuk berbagi pengalaman dan aktivitas yang dijalaninya saat ini, tak heran ia kerap diundang sebagai pembicara dan menjadi host program kesehatan di stasiun TV. Ia bercerita ketika mengajar dan menatap sekitar 200 mahasiswa-mahasiswi didepannya terasa beda sekali dengan tahun 2002 ketika dr Vito memulai kuliahnya di Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan. Sekarang mahasiswa sudah menempati gedung sendiri yang satu kompleks dengan RS Siloam Lippo Village. Rumah sakit tersebut juga merupakan Teaching Hospital, tempat ia praktik sebagai spesialis jantung dan pembuluh darah setiap hari juga sekaligus mengajar dokter muda yang ikut dalam kegiatan di klinik sehari-hari. Saat ini UPH makin dikenal karena berkali-kali menjadi langganan tuan rumah acara Nasional dan Internasional, juga menjadi langganan pemenang lomba ilmiah kedokteran.
“Ketika kami masih kuliah dulu cukup menjadi tantangan menghapus stigma bahwa UPH adalah kumpulan anak-anak yang bayar kuliah mahal, dan tidak bisa kerja. Stigma tersebut menempel begitu saja karena melihat gedung UPH tanpa melihat fakta bahwa banyak dari kami yang bisa kuliah karena beasiswa. Tapi, usaha kami untuk bisa bergaul dengan universitas lain membuahkan hasil ketika kami dipercaya oleh mahasiswa-mahasiswi universitas se-Indonesia terpilih menjadi ketua pertemuan Nasional, perkumpulan Asian Medical Student Association dan dengan demikian UPH menjadi tuan rumah. Saat itu mahasiwa UPH menunjukkan bahwa kami bisa kerjasama dengan baik, mulai mencari sponsor sendiri, hingga menjadi organizer acara dan tentunya tuan rumah yang ramah dan menyenangkan bagi rekan-rekan tamu dari universitas lain.”
Sewaktu kuliah, pengalaman-pengalaman berorganisasi di UPH bagi dr Vito sangat membantu. Saat ini dr Vito dipercaya menjadi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia periode 2018-2021, presenter Ayo Hidup Sehat di salah satu program stasiun TV One, serta sudah menulis 3 buku diantaranya: Sebelum Anda Pergi ke Dokter Jantung, Tatalaksana Praktis Pasca Trombosis Vena Dalam di Yankes Primer, dan Aspek Praktis Gawat Darurat Kardiovaskular. Satu hal yang masih ada dan selalu tinggal di UPH yaitu rasa kekeluargaan yang erat. “Di UPH kami belajar untuk menerima mahasiswa baru sebagai adik-adik yang baru bergabung. UPH bukan sekedar kampus, namun menjadi rumah buat kami yang membesarkan calon-calon dokter, menjadikan dokter-dokter masa depan yang kompeten namun memiliki hati melayani” tutup dr Vito.
Lulus dengan Double Degree
Giovani Gracianti adalah salah satu alumni S1 UPH angkatan 2008. Tak tanggung-tanggung, ia memutuskan memilih program double degree Matematika Aktuaria dan Terapan & Teknik Informatika. Perempuan cantik yang biasa dipanggil Gio ini merupakan orang Indonesia pertama yang menerima beasiswa program Master of Actuarial Science, di University of Waterloo Canada. Pencapaian Gio tersebut tentunya merupakan suatu kebanggaan bagi Universitas Pelita Harapan. Setelah menyelesaikan program Master, Gio kembali menerima Australian Award untuk program S3 Doktor of Philosopy Univ of Melbourne.
Gio yang merupakan Direktur Eksekutif Persatuan Aktuaris Indonesia menuturkan untuk menjadi orang yang berhasil perlu tekad, usaha, dan tanggungjawab. Bukan hanya penghargaan saja yang diterima oleh Gio, tetapi ia juga berkontribusi dalam bidang Aktuaria, yaitu Aktif di READI (Risk Management, Economic Sustainability and Actuarial Science Development in Indonesia). Projeknya adalah untuk menjadikan Indonesia sebagai Pusat Keunggulan Ilmu Aktuaria dan Manajemen Risiko di kawasan regional.
Ilmuwan Lulusan Double Degree UPH
Menurut Arnold Reynaldi, belajar di UPH sangat memberikan pengetahuan dan pengalaman penting melalui karir sebagai seorang ilmuwan. Dan Arnold Reynaldi juga merasa beruntung memiliki banyak dosen dan teman yang selalu mendukungnya untuk menjalankan seluruh masa studinya di UPH. Arnold merupakan lulusan double degree dari Program Studi Matematika FaST dan Teknik Informatika FIK, angkatan 2009. Arnold melanjutkan bahwa dosen-dosen yang ada di UPH telah memiliki pengalaman yang banyak dan memudahkan setiap mahasiswa untuk menerima atau mengembangkan potensi mereka lebih dalam lagi. Bahkan dosen di UPH bukan hanya memberikan pengetahuan saja tetapi juga membuat mahasiswa termotivasi dan membuka potensi sejati seorang mahasiswa.
Arnold merasa bahwa seluruh pembelajaran yang ia terima selama di UPH telah dirancang untuk meningkatkan keterampilan soft skill dan keterampilan berpikir analitis. Mulai dari 2016 hingga sekarang, Arnold Reynaldi masih menjabat sebagai Postdoctorel Research Follow Infection Analytics Program di Sydney. Arnold Reynaldi juga telah melakukan riset interest yaitu Applied mathematical, computational and statistical methods in life science & Immunology and infectious diseases. Selain melakukan riset interest, Arnold juga telah melakukan riset title, beberapa di antaranya berjudul Backpropagation and Levenberg – Marquardt Algorithm for Training Finite Element Neural Network, Modeling of EBV Infection and Antibody Responses in Kenyan Infats with Different Levels of Malaria Exposure Shows Maternal Antibody Decay is a Major Determinant of Early EBV Infection, Fate Mapping reveals the age structure of the peripheral T Cell compartment, dan Modelling the dynamics of neonatal CD8+ T Cell responses.
Mewadahi Musisi Indonesia lewat Social Media
Siapa yang tidak tahu dengan indomusikgram? Ya untuk generasi millennial yang aktif di social media Instagram pasti tidak asing dengan konten digital satu ini. Berawal dari creator akhirnya membawa Christian mendirikan @indomusikgram. Christian Febrianto atau yang biasa dikenal dengan panggilan Christian Bong ini merupakan alumni Seni Musik UPH. Lulus dari UPH pada tahun 2013, Christian mengawali kariernya dengan menjadi guru musik di sebuah tempat kursus.
Selama satu tahun mengajar, Christian menyadari dirinya perlu melakukan suatu hal yang lebih. Dia mulai membuat video-video cover di akun YouTube miliknya. Hingga akhirnya ia bergabung dengan komunitas pertama dan terbesar di Indonesia yaitu Indovidgram. Kemudian ia berinisiatif untuk membuat akun indomusikgram untuk mewadahi tren dari bidang musik. “Indomusikgram itu adalah komunitas video musik yang dimulai dari Instagram dan merupakan penghubung bagi orang-orang yang punya karya yang ingin menjadi lebih terkenal. Kami mewadahi musisi, content creator, dan fans,” ujarnya.
Christian mengenang semasa kuliah, UPH merupakan kampus yang bebas asap rokok, konsisten mengenalkan kristen dan Tuhan, serta maju secara teknologi serta inovasi. Christian berharap ke depan acara mahasiswa UPH sudah harus banyak diadakan di luar (tidak cuma di Lippo Group Malls) dan mahasiswa/i nya terutama Fakultas Ilmu Seni, Program Studi Seni Musik lebih banyak dapat lapangan kerja serta diberi kesempatan untuk mengadakan acara tahunan yang bergengsi seperti Jazz Goes to Campus-nya UI. It’s about time.
Tantangan Berat yang Membawa Keberhasilan
Salah satu peserta Alumni Golf Event, Hendarto, alumni Arsitektur UPH, angkatan 2005, pemilik HATO Architect menceritakan pengalamannya selama berkuliah di UPH. Menurutnya, berkuliah di UPH khususnya di jurusan Arsitektur merupakan sebuah tantangan yang berat, namun melalui inilah Hendarto bisa berhasil.
Kurikulum di Arsitektur UPH bagus. Kita dididik dan didorong untuk siap terjun ke dunia profesi. Karena itulah, mungkin sebagian mahasiswa khususnya di Arsitektur merasa ini adalah tantangan yang cukup berat. Tetapi melalui proses inilah, mental kita diasah untuk siap terjun ke dunia kerja, ujar Hendarto.
Ia juga sangat terbantu dengan dosen-dosen yang berkualitas. Saat itu, banyak dosen baru yang terdiri dari praktisi. Dari segi fasilitas, UPH juga menyediakan fasilitas yang layak, lengkap dan mendukung proses pembelajaran.
Semasa berkuliah, Hendarto juga belajar kepemimpinan melalui mata kuliah Leadership dan teknik berkomunikasi yang baik melalui mata kuliah Learning & Communication Skill. Secara tidak sadar, dalam dunia kerja kita membutuhkan ilmu-ilmu seperti leadership dan communication skill. Apalagi untuk saya yang mengelola perusahaan sendiri, tentu diperlukan karakter untuk menjadi pemimpin yang baik dan belajar berinteraksi dengan customer, jelas Hendarto.
Kepada mahasiswa yang masih berkuliah, Hendarto berpesan, Beranilah berkreasi. Jangan hdup di zona aman. Tapi push diri kita untuk kreatif, karena selama berkuliah masih ada dosen-dosen yang bisa membimbing kita, sedangkan kalau di dunia kerja orang akan langsung judge. Jadi gunakanlah masa-masa kuliah ini dengan sebaik mungkin karena dunia kerja akan jauh lebih keras.
Investment Officer di Perusahaan PT Perusahaan Pengelola Aset
Devandra Harahap merupakan alumni Hukum UPH angkatan 2005 yang sekarang ini sedang menyelesaikan S2 nya di Finance UPH. Ia menjalani profesi sebagai Investment Officer di salah satu perusahaan BUMN, PT. Perusahaan Pengelola Aset (PT PPA). Di sela-sela acara Alumni Golf Event Devandra menceritakan pengalaman berkesannya selama berkuliah di UPH.
Di UPH teman-temannya seru, kampusnya asri banget dan nyaman. Waktu angkatan saya, Fakultas Hukum itu masih di Gedung B dan nyaman sekali, ujar Devan. Devan mengaku bahwa semua teori yang didapatnya selama berkuliah di FH UPH sangat bermanfaat dan masih diaplikasikan dalam dunia kerja. Menurutnya, ilmu di bidang hukum tidak hanya terpakai di profesi hukum seperti pengacara dan sebagainya, melainkan juga dibutuhkan oleh setiap perusahaan.
Devan juga mengakui mata kuliah umum seperti Leadership serta Learning & Communication Skill yang didapat saat kuliah sangat berguna. Karakter sebagai seorang pemimpin dan kemampuan berkomunikasi yang baik perlu dimiliki oleh setiap orang dalam dunia kerja.
Semasa berkuliah, Devan juga aktif di organisasi mahasiswa sebagai Humas SENAT FH UPH dan sempat menjadi ketua acara Natal FH UPH yang pertama. Melalui pengalaman beroganisasi, Devan banyak berinteraksi dengan dosen dan banyak menjalin relasi dengan orang baru. Sebagai seorang Humas, Devan sering menjalin relasi dengan mahasiswa dari universitas lain dan juga dengan beberapa perusahaan.
Pelajaran yang didapat selama berkuliah di UPH dan selalu dipegang oleh Devan adalah perluas networking. UPH memberikan sarana bagi mahasiswanya untuk bisa membangun networking seluas-luasnya dan ini sangat membantu saat di dunia kerja. Sejak kuliah saya sangat senang bertemu orang, cari relasi dan ngobrol dengan orang baru. Dalam bidang hukum, seseorang harus bisa mebangun relasi dan pandai berbicara. Setelah kerja, saya benar-benar bisa merasakan betul pentingnya sebuah networking, jelas Devan.
Tentunya, Devan juga berpesan kepada mahasiswa yang masih menjalani masa perkuliahannya agar memperbanyak relasi atau networking. Pelajaran juga penting tetapi perlu diimbangi dengan relasi yang luas, ungkapnya. (ca)
Menjalani Profesi Dengan Hati
Menjalani profesi sebagai dokter dan juga pengusaha fashion merupakan dua bidang yang saat ini ditekuni dr. Laura Alexandra, alumni Fakultas Kedokteran UPH 2005. Kecintaannya pada bidang kedokteran, diawali oleh minatnya pada ilmu Biologi sejak di bangku sekolah dan juga latarbelakang keluarga yang banyak menekuni bidang kedokteran. Selama menjalani kuliah selain mendapatkan ilmu, banyak pelajaran yang didapat sebagai bekal untuk menjalani profesinya saat ini. Diantaranya dalam hal komunikasi dan bekerja sama di dalam tim. Saat kuliah, dokter pengajar dan mahasiswa memiliki relasi yang dekat, dokter pengajar juga tidak ragu untuk membagi ilmu dan pengalamannya. Pernah suatu kali kami diajak bergantian untuk ikut melihat praktek pribadi salah seorang dokter pengajar kami. Mahasiswa juga memiliki kesempatan untuk belajar di rumah sakit yang dilengkapi dengan fasilitas dan suasana belajar yang nyaman, papar dr. Laura.
Bersama dengan rekan seprofesi, dr. Laura membuka klinik dokter umum di kota Malang. Dalam menjalankan profesi medis ia mengutamakan pelayanan untuk pasien. “Rasa kemanusiaan harus nomer 1, beda dengan bisnis, ujarnya.
Baginya sebagai dokter harus kreatif. Dalam hal medis harus mengedepankan art and science. “Saya tidak mengobati pasien saya yang penyakitnya sama dengan treatmen yang harus selalu sama. Setiap pasien diobati dengan dosis dan regimen yang disesuaikan dengan kondisinya, misalnya pasien A ada alergi obat tertentu , B tidak, mungkin pasien A ada komplikasi dengan penyakit lainnya, B tidak, jadi case per case. Disitulah seninya,” jelas dr. Laura yang memang menyukai seni. Ia menyelesaikan pendidikan kedokteran dalam waktu 5.5 tahun dan mengaku tidak stress, meskipun materi kuliah di FK berat. Ini ia buktikan dengan meraih IPK 3.4.
Kesukaannya pada seni dan fashion mengalir dari keluarganya yang sejak lama berkecimpung dalam usaha batik di Malang. Setelah lulus kuliah dan menyelesaikan program pendidikan profesi (koass) ia mulai menekuni fashion batik. Saya sangat menyukai fashion, dan dengan dukungan keluarga yang memiliki latar belakang batik, saya mencoba mengembangkan ide-ide saya sendiri dengan brand sendiri. Saya ingin menyasar pasar anak muda yang suka dengan konsep fashion yang unique dan stylist, dengan mengangkat batik sebagai materialnya, kata dr. Laura.
Untuk wilayah Malang, fashion batik dengan merek Laura Alexandra sudah cukup dikenal. Dan saat ini ingin merambah ke kota-kota lainnya, melalui toko online yang baru dirintis. Untuk pemasaran secara online, sekarang sedang dalam proses, segera akan diupload produk-produk terbaru kami, katanya. Sedangkan untuk ide design dr. Laura membuat kreasinya sendiri dan usaha ini dijalankan di sela-sela waktu luangnya.
Dalam menjalankan profesinya, dr. Laura memegang prinsip harus kreatif dan harus menjaga kualitas. Baik bidang medis dan fashion keduanya dijalani dengan hati. Kedepannya ia merencanakan untuk terus berpraktek sebagai dokter sambil mengembangkan bisnis batik yang dimilikinya. (rh)
Dari Desain Produk UPH ke Perusahaan Terkemuka Dunia
Saat saya memilih untuk kuliah di jurusan Desain Produk, Fakultas Desain dan Teknik Perencanaan UPH pada tahun 2005, masih sangat sedikit universitas di Jakarta yang menawarkan jurusan tersebut. UPH merupakan salah satu dari tiga universitas yang membuka jurusan Desain Produk. Saya membutuhkan waktu 3.5 tahun untuk menyelesaikan kuliah berikut program kerja praktek. Masa kuliah yang penuh dengan kerja keras dan ketekunan, namun sepadan dengan hasil yang didapat.
Secara umum, UPH memberi saya banyak sekali pengalaman, baik secara akademik maupun non-akademik seperti Youth Camp, UPH Festival, program mentoring, bergabung dalam program marketing, community service, dan banyak lagi. Secara khusus, kuliah di Jurusan Desain Produk berperan penting dalam membentuk konsep kreatif dan cara berpikir saya. Ditambah pengalaman melalui program kerja praktek, membuat saya semakin bertumbuh secara pribadi dan pengembangan karir.
Melalui program workshop, saya bertemu dengan para alumni yang memiliki peran penting di industrinya masing masing dan menginspirasi saya untuk mengejar karir internasional setelah lulus kuliah. Hingga saat ini, saya sudah menetap di Singapura selama 5 tahun, dan bekerja untuk adidas, perusahaan terbesar di sektor produk olahraga, dengan fokus di bidang visual merchandising dan retail marketing.
Saya Bangga Menjadi Bagian dari UPH
Saat ini saya sedang bekerja di Propnex Really Pte Ltd. sebagai konsultan properti di salah satu perusahaan real estate terbesar di Singapura. Universitas Pelita Harapan telah mengantar saya memulai karir di Singapura.
Saya masuk UPH pada tahun 2005 dimana tahun itu juga pertama kalinya UPH meluncurkan program laptop kepada setiap mahasiswa untuk mendukung program pendidikannya. Suatu terobosan yang luar biasa.
UPH memperkaya pengetahuan saya melalui dosen-dosen terbaik yang tidak hanya menguasai teori melainkan juga mengerti bagaimana implementasinya terhadap kegiatan sehari-hari.
UPH juga memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk belajar banyak hal. Diantaranya memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk bekerja partime. Pengalaman saya bekerja partime di departemen marketing UPH membuka mata saya mengenai dunia kerja yang sebenarnya. Meskipun sibuk dengan kegiatan dan kerja partime, saya beryukur dan bangga bisa menyelesaikan studi selama 3,5 tahun dengan prestasi cumlaude.
Yang menarik adalah Singapura mengizinkan saya untuk menjadi penduduk tetap (permanent residence) di negara mereka karena UPH yang telah diakui Singapura. Saat ini sudah hampir 5 tahun saya bekerja di Singapura dan masih menjadi kebanggaan saya untuk menyampaikan ke banyak orang bahwa tanpa belajar di UPH, saya pasti akan kehilangan kesempatan emas tersebut.
Untuk Berhasil Yang Terpenting Adalah Karakter yang Baik
Menyukai dunia teknik tetapi tidak ingin mengambil jurusan teknik yang terlalu spesifik. Itulah pertimbangan yang mendasari Yudhi Ronald, alumni Teknik Industri UPH 2005, saat memilih jurusan Teknik Industri di UPH. Sifatnya yang cepat bosan dan tidak mau membuang waktu, membuatnya harus hati-hati memilih jurusan. Teknik industri pada waktu itu saya lihat cukup menarik, karena banyak mempelajari hal-hal lain di luar dunia teknik itu sendiri. Alangkah sangat baik jika kita bisa mempunyai kesempatan untuk mempelajari banyak hal yang berbeda. Bagi saya ini bisa menjadi jalan yang baik untuk mencari tahu passion atau bakat kita, kenang Yudhi.
Bagi Yudhi, memilih universitas tidak hanya dari aspek akademiknya, tetapi juga dedikasinya untuk kemajuan para mahasiswanya. Termasuk di sini dalam hal pembangunan sarana dan prasarana pendidikan seperti olahraga, dormitory, library, lab dan lain-lain. Saya merasa kuliah di UPH tidak berasa seperti kuliah di dalam negeri. UPH seperti sebuah campus city. Berbeda dengan kampus pada umumnya di dalam negeri, ungkapnya.
Di UPH mahasiswa disambut dengan kekeluargaan. Ini membuat Yudhi nyaman memulai masa kuliahnya. Relasi mahasiswa junior dan senior tidak ada kesenjangan. Bahkan Sebagai universitas Kristen, UPH juga sangat berkomitmen dalam pembinaan iman dan karakter mahasiswanya. Salah satunya melalui quote dari bible yang dipasang pada beberapa lokasi kampus, paparnya. So, saya merasa di UPH keKeristenan bukan hanya judul saja, tapi memang benar dijalankan dalam kesehariannya, jelas Yudhi.
Dari aspek akademik mahasiswa mendapatkan ilmu yang relevan dengan dunia industri. Ini didapat dari para dosen dan professional yang mengajar di jurusan Teknik Industri UPH. Saya banyak belajar dari para dosen yang open minded, fleksibel dan mau mengikuti perkembangan jaman (tidak kolot). Lingkungan yang seperti ini lah yang sangat mendukung saya untuk bisa berpikir maju dan berani berpikir outside the box, ungkapnya. Namun Yudhi juga menekankan bahwa untuk berhasil yang diperlukan bukan prestasi atau kepintaran semata, melainkan yang terpenting adalah karakter yang baik.
Selama kuliah, banyak pelajaran yang diperoleh bahkan dari luar kelas. Diantaranya kegiatan kemahasiswaan, bisa menjadi media pembelajaran yang efektif dalam melatih keterampilan kerja di lapangan. Pelajaran berharga saya dapatkan saat menjadi panitia UPH Festival 11. Saya belajar untuk mengerjakan sesuatu sampai tuntas, tidak setengah-setengah, katanya.
Satu hal yang juga tidak terlupakan adalah motto UPH “responsibility begins with me” yang terus disosialisasikan kepada mahasiswa. Motto ini mendorong saya untuk terlebih dulu memanage diri sendiri dengan baik, untuk kemudian memanage orang lain dengan baik. Motto yang very simple, yet so meaningful, kata Yudhi yang mengaku masih memegang teguh dan mengamini motto UPH sampai saat ini.
Sebagai lulusan UPH, Yudhi mengaku bangga karena lulusan UPH cukup dikenal dan diterima baik di dunia industri. Peluang karier sangat terbuka. Ia bergabung dengan PT. Mabua Harley-Davidson Surabaya, authorized dealer of Harley-Davidson, sejak tahun 2010 sebagai Management Trainee dan sejak tahun 2011 Ia dipercaya sebagai Operation Manager. Menurutnya profesi di dunia otomotif sangat sesuai dengan passionnya. Ini yang membuat ia bekerja dengan suasana yang sangat fun, sehingga setiap harinya tidak terasa seperti bekerja, namun terasa seperti sedang menjalankan hobi saja. Ini sangat penting agar tidak cepat bosan dengan pekerjaan kita.
Kuliah adalah Bekal untuk Mengembangkan Bakat yang Kita Miliki
Keterampilannya dalam berkomunikasi dengan orang disekitarnya membuat alumni Ilmu Komunikasi angkatan 2004, Ferry Irawan, sukses menjalani profesinya sebagai Financial Consulting di MRT Group Agency. Dengan konsentrasi Broadcast and Journalism yang diambilnya semasa berkuliah membuatnya menguasai teknik-teknik berkomunikasi yang baik dengan orang lain serta menjadikan dirinya tahu banyak hal.
Awal mulanya, Ferry memiliki hobi menjadi seorang presenter. Sejak SMA dan duduk di bangku kuliah, Ferry sudah memiliki banyak jam terbang hingga menjadi MC di acara pernikahan. Pada tahun 2013, Ia memutuskan untuk berhenti bergelut didunia presenting dan beralih untuk membuat bisnis sendiri. Ferry sempat membuka bisnis food and beverage selama 1 tahun yang kemudian dialihkan kepada kakak tertuanya. Ferry yang mulai memiliki ketertarikan dengan dunia finance akhirnya mengikuti sertifikasi dibidang finance dan terjun menjadi seorang Financial Consultant.
Ia mengaku mencintai pekerjaannya karena profesi ini tebuka luas untuk melayani setiap orang dari segala usia dan latar belakang baik itu personal ataupun perusahaan. Dari anak muda hingga orang tua butuh untuk me-manage keuangannya, terlebih lagi serkang ini kehidupan masyarakat di perkotaan seperti Jakarta sangatlah konsumtif, ujar Ferry.
Ferry menjelaskan bahwa pekerjaan yang digelutinya sekarang ini sangat erat kaitannya dengan apa yang dipelajarinya selama berkuliah. Kadang orang pikir pekerjaan saya tidak sesuai dengan jurusan yang saya ambil. Banyak orang berpikir bahwa kerja harus sesuai dengan jurusannya, namun mereka nggak sadar bahwa kuliah adalah bekal untuk mengembangkan dan memperluas bakat yang kita miliki. Misalnya, sebagai Financial Consultant kita justru harus memiliki communication skill yang baik, how to convince orang dan bagiamana communicate concept yang kita miliki kepada customer. Saat berbicara dengan customer kita juga perlu memiliki manner yang baik dan punya wawasan yang luas. Dan itu semua saya dapatkan semasa saya berkuliah di jurusan Ilmu Komunikasi, jelas Ferry.
Ferry juga menekankan fungsi kuliah yang paling penting menurut dirinya, Selain memperoleh pengetahuan mengenai teori-teori yang diberikan oleh dosen didalam kelas, fungsi kuliah yang paling terpenting dan orang sering tidak sadari adalah network. Saya bersyukur berkuliah di UPH yang terdiri dari berbagai fakultas dan bidang, sehingga saya bisa mengembangkan kemampuan dan pengetahuan saya dari teman-teman di berbagai fakultas dan jurusan.
Sebagai seorang alumni, Ferry sangat bersyukur bisa berkuliah di UPH yang mendorong mahasiswanya untuk aktif dalam kegiatan berorganisasi. Ferry yang pernah menjabat sebagai wakil ketua HMJ Ilmu Komunikasi menjelaskan, Bukan kepintaran yang dibutuhkan tapi kemampuan bagaimana menjadi seorang leader. Saya ingat sekali saat saya terjun ke dunia organisasi dimana kita harus bisa lead people, susahnya mencari dana dan sponsor. Tapi itulah kehidupan, pasti ada milestone-nya yang justru melalui proses itulah kita menerima berkat dari Tuhan.
Segala yang dipelajarinya selama berkuliah, network yang diperoleh serta pengalaman berorganisasinya sangatlah berkesan dan berguna hingga dunia kerja. Kepada para mahasiswa yang sekarang masih berkuliah, Ferry berpesan Do your best and let God fulfill the rest. Banyak orang berpikir untuk menggunakan kemampuannya sendiri. Seharusnya kita perlu berbagi dengan orang lain dan saling melengkapi. Kita boleh pintar, tetapi jikalau Tuhan tidak berkehendak ya tetap tidak bisa terjadi. Jadi tugas kita adalah lakukan semaksimal mungkin, lakukan yang terbaik, lakukan dengan hati dan dengan tujuan yang tulus. Selanjutnya biar Tuhan yang melakukan bagian-Nya.
Itupun korelasi dengan prinsip yang Ferry pegang yaitu selalu persiapkan diri dan improve diri mulai dari hal kecil. Kadang kita tidak sadari apa yang sedang dipersiapkan Tuhan untuk masa depan kita. Kesuksesan tidak datang dari Tuhan begitu saja dan datang dari kemampuan yang kita miliki. Melainkan kita perlu peka terhadap panggilan tersebut dan memilih kendaraan yang tepat untuk mencapai kesuksesan tersebut. Oleh sebab itu, persiapkan diri kita dari sekarang untuk menyadari panggilan kita. Setialah terhadap perkara kecil, karena pasti anda akan dipercayakan dalam perkara besar, jelas Ferry. (ca)
Mewujudkan Karakter yang Baik Melalui Bisnis
Bagi pecinta kopi, pasti sudah tidak asing lagi dengan coffee shop berkonsep unik di daerah Jakarta Barat yaitu Koultoura Coffee. Diambil dari bahasa Yunani yang berarti culture, Koultoura Coffee berhasil menjadikan kopi dan menu-menu brunch nya sebagai budaya dikalangan anak muda bahkan orang tua didaerah Jakarta Barat ini yang notabene merupakan Family Neighborhood. Keberhasilan ini tidak lepas dari usaha dan kerja keras dari sang pemilik yang merupakan alumni UPH yaitu Kinsky Bunyamin. Dalam acara Alumni Business Network yang diadakan UPH Alumni Center pada 3 Oktober 2014 lalu, Kinsky membeberkan kisah sukses dari bisnis food and beverage yang dimilikinya.
Bermula dari cita-cita Kinsky untuk mebangun sebuah tempat dimana orang-orang bisa berkumpul dan merasa nyaman berada ditempat tersebut serta kecintaan sang suami, Joe Sentoso, terhadap kopi, akhirnya mereka membuat sebuah coffee shop yang menyediakan kopi dan hidangan brunch dengan dekorasi tempat yang nyaman. Coffee shop berlogo cangkir dengan petir diatasnya ini memiliki dekorasi unik yang idenya berasal dari coffee shop diberbagai belahan dunia yang pernah di kunjungi pasangan suami istri yang hobi travelling ini.
Alumni dari Jurusan Ilmu Komunikasi angkatan 2004 ini menjelaskan cara memulai bisnis dan mengolahnya dengan baik. Disamping menjual makanan dan minuman yang berkualitas sebuah bisnis food and beverage perlu memiliki branding dari hal yang paling terkecil seperti warna,logo, ataupun karakter-karakter unik. Melalui gelas cangkir berwarna orange serta karakter Foxy dan Papa Bear, kita mau customer bisa langsung mengenali Koultoura Coffee, jelas Kinsky.
Setiap sudut di Koultoura Coffee didesain sedemikan mungkin agar memberikan pengalaman yang berkesan yang bisa dibagikan kepada orang lain. Koultoura Coffee memanfaatkan media sosial sebagai kunci utama dalam strategi marketingnya. Menurutnya media terbaru ini memiliki keunggulan dari segi exposure juga berbiaya kecil. Melalui media sosial inilah customer dapat mebagikan pengalaman berkesannya dengan mengunduh foto dari moment berkesan tersebut dan semua orang dapat melihatnya sehingga menimbulkan brand awareness. Selain menjalin hubungan yang baik dengan customer, Koultoura Coffee juga membangun hubungan dengan influencer seperti artis dan blogger.
Dalam menjalankan bisnisnya ini tentu ada tantangan yang dihadapi. Proses dari mengolah ide hingga merealisasikannya membutuhkan waktu yang cukup lama dan bukanlah hal yang mudah. Bisnis yang dijalaninya bersama dengan partner juga memiliki kesulitan tersendiri, dimana harus bisa menyatukan ide dan visi. Namun itu semua dapat diatasi dengan kerjasama yang baik.
Sebagai alumni UPH, ia bangga bisa memperoleh pendidikan yang berkualitas dan didukung dengan fasilitas serta lingkungan belajar yang mendukung. Hal yang Kinsky tidak pernah lupa dalam menjalani bisnisnya adalah nilai yang ditanamkan kepada dirinya selama berkuliah di UPH. Saat saya berkuliah di UPH, saya tidak hanya diajarkan teori saja, melainkan juga karakter. Di UPH karakter kita benar-benar dibentuk untuk bisa menjadi seoang leader. Sama halnya dengan di Koultoura Coffee, yang memegang prinsip Chracter over skill and talent. Banyak orang yang memiliki skill dan talent yang luar bias tapi karakter mereka buruk. Skill dan talent bisa dilatih, tetapi karakter willing to learn tidak bisa didapatkan dari latihan dan itulah yang karakter itulah yang kami cari. Kami selalu terbuka kepada karyawan kami yang ingin belajar. Selain itu, saya juga selalu berpesan kepada karyawan saya, bahwa disini kalian semua harus bisa memperoleh sesuatu yang lebih dari pada skill yaitu menjadi orang dengan karakter yang lebih baik. Saya mau setelah keluar bekerja dari Koultoura ini, karyawan saya bisa menjadi seorang yang lebih sukses bahkan membuka coffee shop sendiri. Itu akan menjadi kebanggaan tersendiri buat saya, jelas Kinsky . (ca)
Mempersiapkan Diri ke Dunia Profesional Sejak Kuliah
Berawal dari karir di dunia penyiaran, sebagai seorang jurnalis dan news anchor di MNC Media Group, mengantar Irvan Tisnabudi, alumni Jurusan Ilmu Komunikasi Bidang Jurnalistik UPH, berhasil mendirikan usahanya sendiri, PT Magada Tirta Mirta, Agency of Advertising Design & Event Production.
Ada kebanggaan tersendiri bila bisa mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan bidang keilmuan yang dimiliki. Itulah yang dirasakan Irvan setelah lulus sebagai Sarjana Ilmu Komunikasi. Begitu lulus dari UPH, saya kerja di MNC Media Group yang saat itu membawahi Global TV dan RCTI. Kemudian bergabung dengan Globe Media Group , yaitu di Jakarta Globe dan Globe Asia sebagai jurnalis dan economic researcher, papar Irvan.
Pengalaman ini memberikan pelajaran berharga untuk memulai bisnis sendiri, diantaranya dalam hal tanggung jawab dan cara berfikir. Saya punya tanggung jawab lebih besar di perusahaan sendiri. Pikiran kita lebih terbagi-bagi untuk setiap detail pekerjaan. Tantangan juga lebih berat karena apa yang dipikirkan dan direncanakan bersifat menyeluruh, jelasnya.
Kemampuan untuk menjalankan profesi maupun bisnisnya saat ini diakui Irvan didapat dari pelajaran saat kuliah di UPH. Tidak hanya dari pelajaran di kelas tetapi ia juga mendapatkan banyak pelajaran dari kegaitan di luar kelas, seperti kegiatan kemahasiswaan, bergabung dalam tim basket dan kepanitiaan dalam beberapa event. Pengalaman ini menjadi bekal dalam mencapai kesuksesannya. Walaupun di dunia kerja lebih banyak praktek atau menggunakan soft skill seperti interpersonal skill, tetapi teori-teori komunikasi seperti Corporate Communication sangat terpakai saat saya bekerja. Menariknya juga, kurikulum UPH memiliki fondasi yang kuat karena difokuskan pada pengembangan diri mahasiswa, katanya.
Ketika ditanya apa yang membuatnya berkesan di UPH, Irvan mengungkapkan berbagai kesan positif mengenai almamaternya, Hal yang mengesankan bagi saya yaitu selain fasilitas UPH yang terbilang lengkap dan baik, kualitas tenaga pengajarnya juga baik. Saya juga sangat senang dengan keberadaan AlumniCenter sebagai komunitas networking bagi alumni, karena kita butuh networking di dunia kerja.
Sebagai seorang yang sudah mengenyam berbagai pengalaman, Irvan memberikan pesan kepada para mahasiswa UPH untuk mempersiapkan diri memasuki dunia kerja. Saat saya kuliah saya kurang puas dengan semangat dan kinerja saya, dan hal itu baru saya rasakan saat bekerja. Jadi untuk adik-adik mahasiswa, gunakanlah kesempatan yang ada untuk mengembangakan potensi yang dimiliki. Dengan tetap fokus untuk menggali dan menimba ilmu sedalam mungkin. Manfaatkan fasilitas yang dimiliki UPH dan komunitas yang ada. Jadi jangan sampai disia-siakan. (aa)
Kerja Keras, Tekun, dan Jujur
Sebagai seorang wirausaha muda, Ryan Maneka Hinze memiliki berbagai bisnis yang digelutinya dalam waktu bersamaan. Jabatan yang diembannya tidak main-main, sebagai Managing Director of Samara Kuarsa Indonesia (Mining and Silica Sand Trading 2016-sekarang), Managing Director of Santorian Royal Mayestika (Property & Investment Group 2015-sekarang), Creative Director of Royal Mahapraja (Made of Measure Batik Clothing 2017-sekarang), Marketing Manager of Dwi Romeo Perkasa (Printing & Merchandising 2014-sekarang), serta Creative Director of Soigne (Creative Agency 2017-sekarang).
Alumni lulusan Manajemen UPH 2007 ini berharap pengalamannya dapat menginspirasi generasi muda jaman sekarang untuk menjadi seorang yang sukses dan bahkan dapat lebih sukses daripada dia sekarang.
“Saya yang begini-begini saja bisa, apalagi mahasiswa jaman sekarang, dengan fasilitas yang sangat memadai, baik itu teknologi maupun fasilitas dari orangtua. Saya yakin faktor-faktor eksternal tersebut kalau bisa dimanfaatkan dengan maksimal tentu akan membuat mereka jauh lebih sukses daripada saya,” ujarnya.
Selain mengenyam pendidikan di UPH, Ryan juga mempunyai bekal pengalaman studi di London, serta pernah menjalani internship di Connect London (Investment & Consulting Group). Ia mengaku banyak mendapatkan pelajaran dari pengalamannya itu. Namun menurutnya bekal pengalaman dan pengtahuan saja tidak cukup untuk menjadi seorang entrepreneur yang berhasil.
“Menjadi wirausaha itu membutuhkan naluri. Naluri ini tidak bisa dipaksakan, tidak bisa dipelajari. Dipelajari ilmunya iya. Bisa dari ilmu marketing, ilmu finance atau ilmu human resource, HRD, tetapi namanya insting untuk menjadi entrepreneur itu tidak bisa datang tiba-tiba. Entrepreneur is about how you look at the opportunity. Jadi opportunity itu harus diimplementasikan sehingga menjadi profit. Bisa profit jangka pendek, jangka panjang, atau jangka menengah. Kemampuan melihat opportunity yang menghasilkan uang juga sudah termasuk berwira usaha. Jadi tidak harus punya PT dulu, titel dulu. Kalau seperti itu, tidak ada yang namanya facebook, instagram, dan whatsapp. You have to learn by do it serta sisanya practice makes perfect. Tidak bisa sukses kalau tidak mencoba. Karena pegangan saya satu, seorang manusia yang punya titel tinggi tanpa bisa mengimplementasikan apa yang dia tau itu seperti seekor singa yang mengembik,” tandasnya.
Ryan menekankan pentingnya usaha lebih dahulu dengan do it, trial and error. Lakukan saja, rejeki itu akan datang sendiri. Terpenting kerja keras, tekun dan jujur.
Pemudi yang Gemar Mengikuti Gerakan Sosial
Perempuan muda yang aktif dalam berbagai gerakan sosial ini merupakan salah satu alumni UPH Surabaya jurusan Manajemen. Pengalamannya dalam berorganisasi baik di kampus maupun di luar kampus membuat Aurel lebih percaya diri. Beberapa kegiatan sosial yang pernah diikuti di antaranya Indonesian Civic Youth, Nusantara Worldwide Collaboration Project, Desain Kita untuk Perubahan (kolaborasi dengan DISKOMINFO Bandung) dan Aurel juga pernah masuk dalam Top 100 in Soeprema “Inspiring Sociopreneur” Competition yang diadakan di Yogyakarta. Tahun 2016, Aurel dinobatkan menjadi 1st winner dari Ambassador of UPH Surabaya.
Pemuda untuk Pembangunan Negara
Bagi masyarakat Banten dan sekitarnya pasti tidak asing dengan pria satu ini. Ya dia adalah Andika Hazrumy Wakil Gubernur Banten periode 2017-2022. Andika merupakan lulusan UPH angkatan 2005, Program Studi Hubungan Internasional. Selama periode masa jabatan sebagai Wakil Gubernur, Andika menerima penghargaan Adhitya Karya Mahatva Yodha 2017 untuk kategori Kader Utama Terbaik. Ia juga sering diundang untuk menjadi pembicara seminar di berbagai Universitas di Tangerang.
Dalam kuliah umum di kampus Untirta Tangerang, Andika aktif mengajak anak muda untuk ikut serta dalam pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah. “Prosesi kepemimpinan ini harus betul-betul dipersiapkan dengan matang. Kampuslah menjadi titik awal mempersiapkan diri menjadi calon pemimpin,” tutup Andika.
Berawal dari Ketertarikan, Berakhir menjadi Sebuah Karir
“Hal berharga yang saya dapatkan selama kuliah di UPH adalah nilai yang ditanamkan UPH terhadap saya sehingga iman saya bertumbuh. Dari situ saya berpikir bahwa dalam hidup kita harus selalu berpegang kepada Tuhan baik disaat senang maupun dalam menghadapi kesulitan. Selain itu, bahasa pemrograman dasar yang saya pelajari di UPH juga turut membantu karir saya saat ini,” ungkap Robby Johanes, alumni Program Studi Sistem Informasi, 1995, Universitas Pelita Harapan (UPH).
Saat ditemui di Kampus UPH Lippo Village, pada 16 Agustus 2019, saat ini Robby, biasa di dipanggil, tengah mendalami karirnya sebagai Geneticist. Rasa ketertarikannya terhadap analisa genetika ini berangkat dari rasa keingintahuannya dan penelitian yang dilakukan oleh para dosennya tentang analisa genetika. Robby yang pernah melakukan kerja praktik di NASA pada saat menjalani studi S2-nya ini juga menyampaikan, “Dulu para dosen saya sering melakukan penelitian terhadap genetika, tetapi kecenderungan mereka memperlakukan genetika tersebut hanya sebagai angka saja, konteksnya kurang. Maka dari itu, saya tertarik untuk langsung belajar otodidak.” Geneticist sendiri merupakan seorang ahli yang menganalisis gen, termasuk cara mereka diwarisi, bermutasi, diaktifkan, atau tidak aktif. Mereka sering mempelajari peran gen dalam penyakit dan kesehatan (definisi diambil dari https://www.environmentalscience.org/career/geneticist).
“Saya sendiri lebih mengarah kepada analisa gen secara numerik atau biasa disebut sebagai quantitative geneticist. Jadi, prosesnya adalah ketika mendapat permasalahan, langsung saya formulasikan masalah tersebut dengan rumus-rumus matematika atau statistika. Kemudian, saya akan pecahkan dengan pemograman di komputer, yaitu high performance computing. Nah, dari situ akan diterjermahkan makna dibalik angkanya dan bisa langsung didesain sesuai dengan gennya agar dapat memulihkan penyakit,” jelas Robby. Robby juga menambahkan dalam analisa genetika melalui berbagai macam proses. Dimulai dengan menyesuaikan antar gen, lalu ke tahapan percobaan terhadap tikus dan eksperimen terhadap sel, kemudian masuk ke dalam proses clinical research yang diawali dengan memastikan keamanan dari desain gen, menentukan dosis, dan efektivitas. Melalui karirnya saat ini, Robby berharap agar dia dapat mendesain obat baru bagi masyarakat, khususnya bagi orang-orang yang defisiensi terhadap gen (kelainan secara genetika).
Menikmati Proses adalah Kunci Bertumbuh
Menurut Beta Mualiman Laoli yang merupakan alumni Pendidikan Guru Sekolah Dasar angkatan 2009, UPH adalah tempat di mana seseorang bisa bertumbuh dengan baik. Menurut Beta, jika seseorang mau bertumbuh maka ia bisa menikmati setiap proses sulit yang ada di dalamnya. Dan jika seseorang tidak mau bertumbuh, maka ada beberapa kemungkinan yang bisa terjadi.
Yang pertama, mereka akan sangat menderita dalam setiap proses yang dialaminya, tetapi akhirnya bisa semakin mengenal Kristus. Yang kedua, akan sangat frustrasi karena tidak mau bertumbuh dan pada akhirnya tidak berdampak positif bagi diri sendiri. Yang ketiga, menjadi manusia yang tidak lagi peduli karena tidak mau bertumbuh dan tidak mau memperdulikan nilai-nilai yang ditawarkan setiap hari. Beta sangat merasa bersyukur bisa menjadi salah satu alumni di UPH yang sudah belajar bertumbuh untuk mengenal Tuhan Yesus lebih dalam lagi.
Walaupun Beta sudah lulus dari UPH, Beta tetap merasa rindu dengan UPH karena UPH merupakan salah satu kampus yang memiliki fasilitas yang lengkap. Bukan hanya fasilitas saja, Beta juga merasa bahwa banyak dosen-dosen dan staff yang membantu Beta untuk bertumbuh dan mengenal Yesus Kristus lebih dalam lagi. Beta adalah guru pertama di Mamit sekolah pertama interior Papua untuk SLH. Namun saat ini, Beta dipercayakan melayani di SDH Daboto sebagai guru dan kepala sekolah disana. Selain mengajar, Beta juga mendapat beasiswa untuk bisa studi lanjut di Covenant College, USA, dengan mengambil bidang kurikulum. “Terima kasih Yesus Kristus dan Terima kasih UPH,” ucapnya.
Pengusaha Sukses Bermodal Tekad
Yossa Setiadi pengusaha bawang goreng bermerek SOY yang sudah dikenal di lingkungan hotel ternama dan beberapa maskapai penerbangan lokal, sukses mengembangkan usaha berkat modal tekad. Lulusan Public Relations, Ilmu Komunikasi 2003 Universitas Pelita Harapan ini mengaku ilmu komunikasi yang didapat selama kuliah sangat bermanfaat untuk menjalankan bisnisnya. Selain pengetahuan dan keterampilan di bidang komunikasi ia juga mendapatkan banyak manfaat dengan kuliah di UPH, terutama networking.
Dalam memilih universitas yang terbaik saya perlu melalui berbagai pertimbangan. Saya memutuskan memilih UPH karena jurusan ilmu komunikasinya banyak diminati, memiliki fasilitas pendukung kuliah yang lengkap seperti lab radio, lab broadcasting, dan lainnya. Lingkungan UPH juga sangat baik. Lingkungan yang tepat, akan membawa kita lebih tinggi dan jauh lebih sukses daripada yang lain, dan perlu memiliki 4 prinsip yaitu ambil sesuatu yang baik, buang yang buruk, ambil sesuatu yang benar, buang yang salah, artinya bertemanlah sebanyak mungkin, jelas Yosa.
Yossa sosok yang sangat aktif dalam mencari teman baru dari berbagai kalangan, karena menurutnya dengan memiliki banyak teman akan mampu meningkatkan kualitas hidupnya. Sejak kuliah ia aktif berorganisasi seperti kepanitiaan, BEM, HMJ, dan mengikuti berbagai lomba. Dengan menjadi aktif ia merasa dapat mencapai kepenuhan (fullest).
Lulus S1, Awalnya Yossa bekerja menjadi pegawai di salah satu perusahaan Lippo Group namun hanya bertahan satu bulan, dan memutuskan untuk melanjutkan studi S2 di bidang manajemen. Tekadnya untuk mendapatkan karier yang lebih baik mendorongnya untuk belajar. Selama studi S2 Yosa juga mulai menggali potensi diri dengan melakukan hal yang ia bisa dan sukai yaitu memasak, dan ia menemukan bawang goreng sebagai salah satu masakan yang dia bisa hasilkan dengan baik. Kemampuannya membuat bawang goreng disertai dengan tekad untuk melihat peluang pasar, hingga ia menemukan kebutuhan akan bawang goreng siap saji. Kini bawang goreng produksinay dengan merek SOY sudah berkembang dan diterima di maskapai-maskapai Indonesia dan 21 hotel ternama, seperti Hotel Ritz Carlton, Alila, Shangri La, Mulia, dan lainnya. Usaha bawang gorengnya kini memiliki 43 karyawan, dan mampu memasok bawang gorengnya di sekitar Jabodetabek, Surabaya, dan kedepannya juga akan menyasar daerah Makasar.
Bermodal kerja keras dan tekad kini bawang goreng SOY mampu dikenal oleh orang banyak. Dalam sehari untuk high season pesanan bawang goreng SOY mencapai 200 Kg dan untuk hari biasa juga mencapai kisaran 150-200 Kg. Dari segi pemasaran, Yossa memanfaatkan keterampilan komunikasinya dengan melakukan direct selling dan networking dengan membuat target list. Selanjutnya Yossa untuk mendukung upaya pemasaran ia juga menggunakan media sosial seperti Instagram dan mengadakan berbagai event seperti Tournament Game yang bertujuan untuk mengumpulkan masyarakat dengan cara menyenangkan walaupun game ini hanya berhadiahkan bawang goreng.
Usaha Yossa tidak berhenti hanya pada bawang goreng, kini Yossa juga menggeluti bidang konstruksi dengan membuka Jasapengaspalanjakarta.co.id. dan usaha di bidang jamu dengan Merk Jahe Susu Asoy. Jahe Susu Asoy ini adalah hasil dari usaha Yossa dalam menyisihkan keuntungannya dari penjualan bawang goreng dan jasa konstruksi sebagai upaya dalam memberdayakan masyarakat yang butuh pekerjaan seperti janda, dan pemuda pengangguran. Kemudian, 20 Desember 2015 lalu Yossa juga membuka restoran Seafood Ikan Hiu pertama di Grogol, dengan nama Seafood Hotel Kualitas Premium, Harga Tenda
Dengan karier yang ia miliki, kembali Yossa menekankan bahwa keberhasilannya ini adalah hasil dari proses selama ia berkuliah. Manfaat positif yang ia rasakan bukan hanya dari segi akademisnya, tapi dari sisi bagaimana proses berkuliah ini seseorang dapat dibentuk menjadi manusia seutuhnya, membantu dalam membuka pikiran, dan pengelolaan emosi. Selain itu menjadi bagian dari keluarga Alumni UPH juga dirasanya sangat bermanfaat karena selain untuk networking juga dapat berbagi pengalaman serta informasi yang bermanfaat.
Menutup perbincangan Yossa berpesan bahwa dalam berkarier janganlah mencari uang dulu, tapi mencari teman semaksimal mungkin untuk membangun Network, dan berkomunikasi dengan baik, atau dengan kata lain When Silent is not good anymore.
Pentingnya Kehidupan Spiritual dan Pengetahuan Sejati
Menjadi seorang pebisnis muda, merupakan suatu prestasi yang patut dibanggakan dari Hansel Kusnawa. Alumni Manajemen UPH, angkatan 2003 ini, menjalani perusahaannya yang bergerak dibidang Herbs and Spices bernama Sidojodo.
Dirinya mengaku pernah bekerja diperusahaan asuransi sebelum memutuskan untuk mengambil alih perusahaan keluarga. Kondisi sang ayah yang sudah tidak memungkinkan lagi untuk memimpin perusahaannya, membuat Hansel harus menggantikan posisi ayahnya dan dituntut untuk bisa menjadi seorang leader yang baik.
Saat bekerja sama orang kita sudah diberitahu harus kerja apa, tidak banyak resiko, bos minta apa kita tinggal kerjakan. Tapi kalau memimpin bisnis sendiri, resiko lebih besar dan semua ditanggung oleh kita sendiri. Dari sinilah, pola pikir saya benar-benar diubah, bagaimana saya bisa memimpin suatu perusahaan dan orang-orang didalamnya, jelas Hansel.
Selama menjalani bisnis nya, Hansel selalu memegang nilai yang didapatkannya selama berkuliah di UPH yaitu pentingnya kehidupan spiritual dan pentingnya pengetahuan yang sejati. Kuliah di UPH berbeda dengan universitas lain. Selain memiliki lingkungan yang nyaman dan kondusif, fasilitas yang lengkap, kuliah di UPH kita diajarkan pentingnya kehidupan spiritual dan pentingnya True Knowledge yang merupakan visi UPH. Kita cenderung bisa menyalahgunakan pengetahuan yang kita dapat untuk meraih keuntungan bagi diri kita sendiri. Visi inilah yang paling banyak membekali saya dan menjadi kompas untuk saya bekerja lima tahun terakhir ini, ujarnya.
Hansel sangat bersyukur menjadi alumni UPH yang membawa dirinya dan membekali diri dengan hal-hal positif hingga ke dunia profesi. (ca)
Pengalaman Berorganisasi Menjadi Modal Penting dalam Dunia Kerja
Bagi Suwandy, Senior Vice President Commercial Banking di Jakarta, yang merupakan alumni Manajemen UPH, angkatan 2003 ini, UPH turut memberikan kontribusi bagi karirnya hingga saat ini. Ilmu yang diperoleh di Jurusan Manajemen UPH dan pengalaman berorganisasi selama berkuliah menjadi modal untuk menghadapi dunia kerja. UPH merupakan universitas yang memiliki lingkungan yang nyaman, bagus, serta memiliki fasilitas yang mendukung proses pembelajaran mahasiswanya. UPH memiliki standard internasional baik dari lingkungan dan komunitasnya. UPH juga banyak bekerja sama dengan institusi, perusahaan, dan organisasi tingkat nasional hingga internasional. Lokasi kampus juga berada di independent city, Lippo Village, Karawaci, ujar Suwandy.
Menurutnya, UPH menanamkan pentingnya sebuah tanggung jawab kepada setiap mahasiswa melalui tagline Responsibility begins with me. Suwandy sangat setuju dengan tagline ini, Hal ini sangat dibutuhkan di dunia kerja. Jika kita bisa bertanggung jawab kepada diri sendiri dan menjadi pribadi yang positif maka kita akan bisa mempengaruhi komunitas di sekitar kita untuk bisa menjadi pribadi yang bertanggung jawab.
Ilmu yang diperolehnya selama berkuliah masih diaplikasikan oleh Suwandy yang bekerja di bidang perbankan. Di samping itu, pengalaman berorganisasi merupakan hal yang paling berharga. Melalui berorganisasi ini saya bisa belajar berkomunikasi dengan teman-teman dan orang baru. Saya juga belajar merencanakan suatu proyek, sama halnya dengan dunia kerja dimana kita akan berhubungan dengan orang lain dan membuat business plan, jelas Suwandy, yang pernah menjabat sebagai Ketua HMJ Manajemen saat itu. Beberapa organisasi lain yang pernah diikuti oleh Suwandy adalah Badan Eksekutif Manajemen (BEM), English Club, dan Keluarga Mahasiswa Vidya Buddhis (KMVB). Secara tidak langsung, aktif beroganisasi juga membuat Suwandy belajar mengatur waktu.
Life doesn’t always go on our way, but we should be strong to overcome it, merupakan prinsip yang selalu dipegang oleh Suwandy. Dalam kehidupan, tentu akan banyak yang kita harapkan dan inginkan, namun tidak semua dapat tercapai. Tetapi hidup harus terus berjalan, jadi kita harus bisa belajar menghadapinya. Suwandy juga menyampaikan pesannya kepada mahasiswa yang masih menjalani perkuliahan. Do what you love. Ini penting, karena selama kita mengerjakan segala sesuatu yang kita sukai pasti tidak akan berat hati menjalaninya. Begitu juga saat berkarir dan berbisnis nanti, usahakan yang sesuai dengan hobi dan passion kita, ujar Suwandy. Ia percaya bahwa disetiap jurusan pasti akan ada pemimpin-pemimpin yang tercipta. Oleh sebab itu, cintai passion yang kita miliki dan ciptakan bisnis yang sukses dari passion yang dimiliki.
Sebagai universitas yang sudah berdiri sejak 20 tahun yang lalu, Suwandy berharap komunitas alumni UPH dapat semakin dipererat juga hubungannya. Hal ini penting sebagai sarana untuk para alumni memperluas networking dan saling berbagi ilmu serta informasi. (ca)
Lingkungan adalah Faktor Penting dalam Proses Belajar
Faktor yang membuat seseorang dapat menguasai ilmu tidak melulu dari dosen, tapi dari keinginan atau niat untuk bisa mengerti sesuatu. Dan hal kedua yang penting dalam proses belajar adalah berelasi, belajar bersama orang lain atau teman. Belajar bisa dari berbagai sumber, dari keberhasilan orang lain, melalui buku-buku, guru, rekan kerja, atau lingkungan sekitar kita. Jangan berhenti untuk belajar, merupakan prinsip yang dipegang Ernest Tjahjana, alumni Teknik Industri UPH 2003, owner dan pengelola toko online kukuruyuk.com.
Bagi Ernest, lingkungan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam proses belajar. Lingkungan sosial sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter. Pengalaman ini ia rasakan saat kuliah di UPH. Di kampus UPH lingkungan sosialnya bagus. Ini salah satu point plus yang saya rasakan saat kuliah. Ketika kuliah di UPH saya bener-bener nikmati, salahsatunya berelasi dengan teman. Nilai bukan menjadi tujuan, jelas Ernest.
Untuk siap terjun ke dunia kerja tidak hanya diperlukan penguasaan ilmu tetapi yang juga karakter yang dewasa. Pembentukan karakter sangat perlu pada masa kuliah, karena itu sangat diperlukan dan penting di dunia kerja. Ini saya rasakan saat menginterview orang, banyak individu yang secara karakter belum siap kerja. Mungkin ini salah satu kekurangan lulusan universitas di Indonesia. Sangat berbeda ketika saya menginterview lulusan luar negeri. Mereka mature sekali. Menurut saya itu karena faktor lingkungannya. Jadi lingkungan sekolah itu sangat berpengaruh pada pembentukan lulusan untuk siap terjun ke dunia kerja, jelasnya.
Tekad untuk terus belajar merupakan salah satu karakter yang dimiliki Ernest. Inilah yang menjadi motivasi dalam perjalanan kariernya. Mengawali karier sebagai Management Training (MT) di perusahaan ritel Superindo dan dalam tiga tahun mendapat kesempatan dua kali naik posisi dengan jabatan terakhir sebagai Asisten Manager. Kariernya di dunia ritel berlanjut di PT Carefour sebagai Manager Merchandising.
Bagi Ernest, jabatan bukan menjadi tujuan. Yang terpenting ilmu yang diperoleh dari pengalaman, tegasnya. Keinginannya untuk terus belajar, mendorongnya untuk beralih ke bisnis digital marketing. Beruntung ia mendapat kesempatan beasiswa studi S2 di sebuah universitas internasional dengan bekal pengalamannya di bisnis ritel. Ia merepresentasikan profesional marketing dari perusahaan di Indonesia dan menjadi satu diantara 300 mahasiswa yang berasal dari 52 negara yang mengikuti program MBA di AULT international Business School yang ada di lima negara. Kesempatan studi di top 100 best university in the world dan bertemu dengan profesional dari berbagai negara, membuka wawasannya dan pengetahuannya pada bidang digital marketing. Ia memilih AULT International Business School yang ada di Boston, AS, dan menyelesaikan studinya dalam 1 tahun.
Sekembalinya dari studi, ia bergabung dengan perusahaan digital marketing Lazada. Keberhasilannya mengembangkan bisnis digital marketing, Lazada.com yang membawanya pada posisi Vice Director, memantapkan langkahnya untuk mengembangkan bisnisnya sendiri kukuruyuk.com. Berbekal ilmu di bidang digital marketing dan passionnya pada human improvement, Ernest optimis dapat mengembangkan kukuruyuk.com. kualitas produk dan layanan menjadi nomor satu, karena dalam bisnis ini kepercayaan konsumen sangat penting supaya mau balik lagi.
Niatnya mengembangkan bisnis sendiri berangkat dari passion pada human development. Dari pengalaman sebelumnya ia belajar bahwa yang menentukan keberhasilan suatu bisnis adalah kultur dan visi yang kuat yang dibangun dan dihidupi oleh pemilik atau pimpinan perusahaan.
Yang bisa buat company nyaman adalah kulturnya. Prinsip saya: kerja itu harus fun. Tidak bikin stress. Hidup harus seimbang. Kalau kita kerja di company yang tidak menghargai orang dan hanya mengeksploitasi, itu tidak sehat. Kultur perusahaan yang baik adalah yang menghargai SDM nya, papar Ernest.
Perluas Networking Demi Melakukan Passion
Sukses berkarir di industri pangan di usia dini, Jacqueline Karina, alumni Jurusan Teknologi Pangan 2003 UPH, mengawali karier sebagai Koordinator Pemasaran di PT Symrise, perusahaan flavor nomor 4 dunia. Selama 1,5 tahun bekerja di Symrise, ia berhasil menyumbang 20% dari total pertumbuhan perusahaan itu. Ia pun kemudian diangkat menjadi Manajer Proyek sebelum akhirnya memutuskan bergabung dengan PT Firmenich Indonesia, perusahaan flavor & fragrance nomor 2 di dunia. Di Firmenich, berkat kerja keras dan kontribusinya pada perusahaan ia kembali diangkat menjadi Manajer Account Divisi Flavor. Kemudian Jacqueline memutuskan untuk membangun usahanya sendiri dimulai dengan membangun cafe Sumoboo, smoothie and juice bar, hingga merambah ke beberapa rumah makan seperti Warung Tekko dan Ikkudo Ichi.
Jacqueline Karina, mengakui bahwa keberhasilannya tidak lepas dari pengaruh ilmu yang ia dapatkan selama kuliah selama 3,5 tahun di Universitas Pelita Harapan (UPH). Lulusan cum laude ini mengakui ilmu yang diajarkan selama kuliah, fasilitas belajar yang sangat mendukung serta komunitas kampus yang baik di UPH, sangat mendukungnya dalam mempersiapkan diri untuk memasuki dunia kerja. Melalui aktivitas organisasi kemahasiswaan yang dia ikuti ia mendapatkan lifeskill yang sangat berguna diantaranya melalui Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ). Hal yang paling berkesan baginya adalah pengalaman melakukan community service untuk membantu pendidikan anak-anak kurang mampu di desa di daerah Tangerang. Pengalaman ini melatih kepedulian terhadap sesama dan ini sangat berguna dalam menjalankan usahanya.
Seperti motto yang ia pegang, Do your passion, Jacqueline berpesan kepada mahasiswa UPH, untuk lebih menikmati masa-masa kuliah, menemukan hal yang disukai namun tetap sungguh-sungguh. Dalam berkarir selalu ikuti passion kita. Kenali passion kita sejak masa kuliah. Selain itu, nikmati masa-masa perkuliahanmu. Kuliah adalah masa yang paling bahagia karena belum ada tekanan. Don’t take it too seriously, maksudnya selama berkuliah banyak-banyaklah bergaul dan perluas networking, ini sangat diperlukan di dunia kerja. Tetapi juga don’t take it for granted, maksudnya jangan jadikan ini sebagai kesempatan untuk malas kuliah begitu ujarnya.
Compassion Menjadi Nilai dari UPH yang Melekat Dalam Diri Edwin Lau
Pelopor healthy chef sukses Indonesia yang lebih dikenal dengan nama Edwin Lau, merupakan alumni UPH Fakultas Pariwisata dengan Program Studi Perhotelan angkatan 2000. Dimulai saat ia menjadi Chef di restoran-restoran terkenal di Jakarta, Ia kemudian berkembang menjadi penulis buku menu sehat (Healthy Express: Super Sehat dalam 2 Minggu. 2011), TV host program kesehatan (stasiun televisi TV One, Metro TV, dan Astro TV), model hingga menjadi konsultan kesehatan dan inspirator di Indonesia. Pola makan sehat yang dipromosikan di antaranya makanan dikukus atau dipanggang, tidak pakai garam, minyak, gula, dan bumbu.
Berbekal pengetahuan di bidang Manjemen Perhotelan, Edwin mengaku pengalaman kuliah di STPPH sangat berguna dalam mempersiapkan dia mengembangkan profesinya. Meskipun saat berkuliah dulu fasilitas STPPH belum seluar biasa seperti sekarang ini, namun Edwin mengaku bangga menjadi alumni STPPH. Baginya kebanggaan pada almamaternya bukan hanya karena fasilitas yang dimiliki, tetapi karena UPH memiliki nilai-nilai yang kuat dan dia pegang hingga saat ini.
“Nilai yang saya pegang sejak saya kuliah dan melekat hingga saat ini adalah compassion. Terutama yang saya rasakan dari para dosen di STPPH. Mereka bukan hanya sebatas menjadi inspirator dan pengajar, tapi juga memiliki belas kasih kepada murid-muridnya dan membangun hubungan person to person. Meskipun para dosen memiliki kemampuan dan pengalaman kaliber tinggi, tapi mereka sangat berdedikasi,” ungkap Edwin.
Melayani Kesehatan di Pedalaman Papua
Menjadi alumni lulusan kedokteran UPH menjadi kebanggaan tersendiri bagi perempuan yang biasa di sapa Riny ini. Ia mengungkapkan bahwa UPH memiliki kurikulum, pendidikan, lingkungan dan fasilitas yang sangat mendukung proses pembelajaran selama ia berkuliah di UPH. Riny melanjutkan pendidikan S2 KARS di Universitas Indonesia, dan menjalani pekerjaan sebagai tenaga medis di berbagai institusi. Salah satunya, pada tahun 2014, bergabung dalam Yayasan Dokter Peduli (doctorSHARE) sebagai koordinator dokter terbang (flying doctor) di pedalaman Papua.
Sebelum bergabung dalam doctorSHARE, pada tahun 2009 Riny pernah menjadi dokter PTT (Pegawai Tidak Tetap) di Kecamatan Kaureh, Jayapura, Papua. Kemudian Riny juga pernah membuka klinik, tutor di FK UPH dan menjadi kepala divisi kesehatan di PT SURE – Yohanes Surya Group.
Mengembangkan Talenta dengan Membuka Restoran
Pernah dengar nama resto Nanny’s Pavillon? Resto ala western dengan menu utama pancake ini hadir dengan konsep yang unik di setiap gerainya. Sesuai namanya, resto ini menawarkan suasana kehangatan rumah. Siapa sangka kalau founder dan ownernya adalah ibu muda, 32 tahun, lulusan Sekolah Tinggi Pariwisata Pelita Harapan. Kisah suksesnya tentu menarik untuk dibagikan kepada para alumni. Berikut bincang-bincang Alumni Relations UPH dengan Mellisa Saputra Winata, Menejemen Perhotelan 2001 STPPH. Berawal dari hobi masak yang diturunkan ibunya, Mellisa memilih masuk sekolah kejuruan tata boga. Sang ibu juga yang mencarikan sekolah lanjutan yang tepat untuknya, Sekolah Kejuruan Tata Boga Santa Maria. Di sekolah inilah keterampilan memasaknya mulai diasah. Lulus dari SMK ia memilih untuk melanjutkan ke perguruan tinggi yang spesifik di bidang kuliner. Awalnya saya tidak tahu STPPH. Saya mencari sekolah yang benar-benar fokus ke bidang yang saya suka. Waktu mama saya mengusulkan STPPH, saya coba mendaftar. Saya diterima dan diinterview dengan Pak Dewanta dosen pastry. Ternyata dosen yang mewawancara, langsung menawarkan untuk menjadi asistennya di kelas praktek. Kesempatan ini saya terima, karena praktek pastry sudah saya kuasai sejak di SMK, kisahnya. Melihat kemampuannya di bidang pastry, membuat dosen di STPPH mengajukannya untuk ikut ke ajang kompetisi. Pak Dewanta dan Mam Ames dua dosen yang disebutnya aktif mendorong ia mengikuti berbagai kompetisi kuliner. ASEAN Skill Competition 2002 merupakan kompetisi tingkat ASEAN yang pertama kali diikutinya dan tanpa disangka ia bisa masuk 3 besar. Sayangnya yang ikut ke tingkat internasional hanya 1 dan 2 besar. Tapi ini pengalaman pertama yang membuat saya lebih pede ikut ke kompetisi berikutnya seperti Lomba Masak Cipta dan Kreasi Bogasari, Black Box Culinary Challenge dan lomba dekorasi kue, semuanya berhasil juara 1, kenangnya.
Sejak itu ia makin serius belajar di STPPH. Meskipun ada beberapa mata kuliah yang menurutnya kurang relevan dan tidak disukainya saat kuliah, tetapi ternyata ia akui ilmu tersebut terpakai juga di bisnisnya. Lulus dari STPPH ia ditanya dosen mengenai rencananya ke depan. Waktu itu ia sudah punya rencana untuk terjun ke dunia bisnis restoran sendiri yang bisa di-franchise. Meski demikian, sebelum terjun ke bisnis resto, beberapa pekerjaan pernah ia jalani mulai dari menjadi food stylist untuk majalah terbitan Gramedia hingga mengajar pastry privat untuk teman, dan bekerjasama dengan murid privatnya mendirikan bisnis kuliner. Resto Pancious di bilangan Permata Hijau menjadi bisnis kuliner pertama Mellisa. Tidak disangka respon customer sangat bagus. Bahkan ia sempat kebingungan karena pesanan mengalir terus sementara juru masak yang kurang. Area yang aku tangani dalam bisnis resto ini mulai dari konsep resto, development menu, resep, hingga training tukang masak. Dari yang tidak bisa masak sampai bisa.Pancious waktu pertama dibuka sempet bikin saya stress karena order datang terus, sementara yang masak kurang, katanya.
Karakter mudah bosan dan selalu ingin mencoba yang baru membuatnya berani memutuskan untuk menjual sahamnya di Pancious dan beralih membangun bisnis resto yang lain. Bisnis resto berikutnya pun sempat gagal. Sampai suatu ketika Mellisa diperkenalkan oleh ibunya dengan mitra yang mau menginvestasikan ruang usaha untuk dipakainya. Kesempat itu diambil untuk mewujudkan impian membuka resto dengan konsepnya sendiri. Muncullah ide resto dengan konsep keluarga bernama Nanny’s Pavillon di kota Bandung. Restoran yang dibuka tahun 2010 ini memang masih sepi pada saat tiga bulan pertama namun tanpa disangka selanjutnya respon customer luar biasa. Yang membuat orang suka berkunjung ke Nanny’s Pavillon tidak lain karena konsepnya yang unik. Satu lagi tips yang didapat dari kesuksesannya mengusung konsep Nanny’s Pavillon adalah cermat melihat pasar. Dari pengamatan Mellisa, orang Indonesia masih berorientasi pada brand luar. Ini terbukti ketika orang melihat restonya, orang pikir ini franchise dari luar. Bahkan mereka kira ownernya lulusan dari Amerika. Padahal ini semua merupakan produk lokal. Bisnis restoran buat saya harus punya konsep. Makanya waktu diberikan tempat yang berlokasi di Bandung, saya puter otak mau dibikin apa ruang sekecil ini. Sampai akhirnya saya dapatkan konsep homey. Saya mengambil nama nanny=pelayan dan pavillon= rumah sederhana, kata Mellisa saat ditemui di resto Nanny’s Pavillon (NP) cabang Plaza Indonesia. Hingga sekarang NP sudah memiliki 14 gerai dan masing- masing hadir dengan konsep yang berbeda. Konsep yang diusung di gerai Plaza Indonesia ini adalah Kimberly Room yang menghadirkan desain interior ala kamar seorang remaja putri lengkap dengan pernak-perniknya. Konsep ini berbeda lagi pada gerai NP yang berlokasi di Gandaria City, Pacific Place dan 11 gerai lainnya di Jakarta, Bandung dan Bali. Bahkan dalam waktu dekat, NP akan buka di Kuala Lumpur International Airport (KLIA). Dalam membangun bisnisnya, Mellisa berprinsip untuk mengerjakan apa yang ia suka. Karna passionnya di bidang kuliner maka memikirkan dan mengerjakan bisnis kuliner tidak pernah membuatnya bosan dan lelah. Iapun mengaku bisa berfikir lama untuk sebuah ide dan ia asik dengan dunianya.
Dalam berbisnis, uang bukan segala-galanya. Kita harus punya ide (kreatif red). Sekolah juga bukan segala-galanya. Lewat ilmu yang dipejari kita asah talent kita. Jadi yang terpenting harus punya ide dan talenta dalam diri. Setiap orang punya emas di dalam dirinya, dan itu harus terus di asah. Selanjutnya kerjakan apa yang anda suka.
Pendidikan itu harus fokus. Kalau tujuannya mau bisnis kuliner, ya dalami ilmu yang diperlukan untuk bidang kuliner. Selanjutnya pelajari juga how to running business dan maintain the business. Belajar tidak melulu di sekolah. Saya banyak mendapat ilmu dari pengalaman. Sejak terjun ke dunia bisnis saya banyak bergaul dan belajar dari orang yang lebih senior, para pengusaha yang secara usia jauh lebih tua dan sudah lebih dulu sukses, kata Mellisa. Prinsipnya pergaulan yang baik dapat meningkatkan kapasitas kita. Kalau kita tidak pernah keluar dan ketemu dengan orang sukses lain kita tidak akan bisa berkembang. Banyak pelajaran yang tidak didapatkan di bangku kuliah. Sementara di dunia bisnis kita akan menemui situasi yang menantang untuk selalu kreatif dan antisipatif. Kreativitas yang dimiliki Mellisa tidak terlepas dari karakter haus akan pengetahuan. Menurutnya setiap orang harus haus akan pengetahuan. Seperti dirinya yang selalu merasa bosan. Selalu memikirkan dan mencari hal-hal yang baru. Karenanya bahaya kalau kita ada dititik nyaman dan berhenti disitu. Sukses bagi saya tidak ada ujungnya. Seperti ambisi, selalu mau lebih tinggi lagi. Kalau ditanya apakah saya sudah sukses, ya masih belum. Sukses saya kalau saya bisa memiliki bisnis franchise, tegas Mellisa. (rh)
Pentingnya Membuka Cakrawala Pikiran Seluas-luasnya
UPH mengalami banyak sekali perubahan ya, sekarang jauh lebih modern dari segi infrastrukturnya, benar-benar merepresentasikan universitas yang bonafide. Nilai yang saya pegang selama saya berkuliah di UPH adalah pentingnya menjalin networking. Di UPH kita tidak hanya belajar di kelas tetapi juga ke dunia luar. Kita bisa tahu bagaimana menjalin networking untuk karir kita kedepan. Setelah kita bekerja nanti, kita akan sadar betapa pentingnya networking dan UPH mengajarkan serta memberi saya modal itu. Gunakanlah UPH sebagai pintu masuk untuk membuka dunia pengalaman dan cakrawala kita seluas-luasnya. UPH merupakan sarana dan modal utama untuk mempersiapkan kita terjun ke dunia nyata nanti. Kita sebagai alumni diharapkan bisa lebih kuat ikatannya karena melalui alumni inilah orang bisa melihat kesuksesan UPH.
Pengakuan itulah yang disampaikan Andini Effendi, presenter acara Lawan Bicara Metro TV ketika berkunjung ke kampus UPH pada 19 Maret 2014. Keinginan untuk menjadi presenter TV sudah ada sejak lulus SMA. Pilihan untuk melanjutkan studi di jurusan jurnalistik menjadi tujuannya dalam menunjang cita-citanya terjun ke dunia TV. Saya memilih Ilmu Komunikasi UPH karena menawarkan jurusan jurnalistik broadcasting yang benar-benar sesuai dengan karier path saya. Pada saat itu, tahun 2000, belum ada universitas yang benar-benar bagus dibidang jurnalistik dan UPH lah yang menjadi modal saya terjun ke dunia jurnalistik serta membantu saya untuk fokus kepada karir saya sekarang ini. tegasnya.
Kebanggaannya pada kampus almamaternya juga diungkapkan saat melihat kampus yang terus berkembang. UPH kini jauh lebih modern dan semakin berkembang. UPH mengalami banyak sekali perubahan ya, sekarang jauh lebih modern dan infrastrukturnya jauh lebih baik. Benar-benar merepresentasikan universitas yang bonafide.
Selama belajar di UPH, Andiny mendapatkan banyak hal yang sangat membantu mempersiapkan karirnya di dunia jurnalistik. Bukan hanya melalui Ilmu yang diajarkan di kelas, tetapi juga melalui networking yang diperolehnya di luar kelas. Nilai yang saya pegang selama saya berkuliah di UPH adalah pentingnya menjalin networking. Di UPH kita tidak hanya belajar di kelas tetapi juga ke dunia luar. Kita bisa tahu bagaimana menjalin networking untuk karir kita kedepan. Setelah kita bekerja nanti, kita akan sadar betapa pentingnya networking dan UPH mengajarkan serta memberi saya modal itu, ujar Andiny.
Dalam menjalani karirnya sebagai jurnalis tentu banyak sekali tantangan yang dialaminya, banyak senior membuatnya sebagai jurnalis muda harus bisa unjuk gigi kelebihan apa yang dimiliki dan dituntut untuk mengetahui tentang segala hal yang terjadi di negeri ini dengan terjun ke lapangan langsung.
Menurut saya, untuk dapat berhasil kita perlu effort tersendiri, apa lagi sebagai jurnalis. Tetapi seiring waktu dan karena passion saya memang di bidang jurnalistik jadi saya dapat melalui tantangan tersebut Semakin lama kita menjalani karir kita tentu ekspektasi akan semakin besar dan itu menuntut usaha yang lebih besar juga.
Karenanya selagi menjalani studi Andiny mengingatkan kepada rekan-rekan mahasiswa agar menggunakan kesempatan yang ada untuk belajar banyak guna melengkapi kapasitas kita. Gunakanlah UPH sebagai pintu masuk untuk membuka dunia pengalaman dan cakrawala kita seluas-luasnya. UPH merupakan sarana dan modal utama untuk mempersiapkan kita terjun ke dunia nyata nanti. Saya bangga menjadi bagian dari UPH. Kita sebagai alumni diharapkan bisa lebih kuat ikatannya karena melalui alumni inilah orang bisa melihat kesuksesan UPH. (ca)
Menjadi Jurnalis Sukses yang Sesuai Passion
“UPH adalah pintu gerbang saya untuk masuk ke dunia kehidupan yang sebenarnya. Saya diberikan bekal lebih dari cukup oleh para dosen dan seluruh staf pengajar, serta lingkungan yang sangat mendukung. Salah satu alasan saya saat memilih UPH adalah library-nya yang lengkap dan modern, dan kini semakin modern. Bagi saya, keberadaan library yang baik merepresentasikan kualitas suatu institusi pendidikan.”
Universitas Pelita Harapan patut berbangga dengan salah satu alumninya yang merupakan Produser dan Senior News Anchor Media Televisi Indonesia yaitu Metro TV. Wahyu Wiwoho begitu sapaan, merupakan lulusan Program Studi Ilmu Komunikasi angkatan 2000. Sewaktu kuliah, Wahyu mengambil konsentrasi Public Relations yang kemudian relevan dan mendukung karirnya saat ini. Selain sebagai Produser dan News Anchor, Wahyu juga aktif sebagai facilitated in house training di HSBC & Bank DBS. Serta menjadi pembicara seminar di berbagai event yang berhubungan dengan public speaking, beberapa di antaranya dalam event Sosial Media Communication 2018 dan Persuasive Communication 2019.
Secara pribadi Wahyu mengakui bahwa UPH telah berhasil membentuk karakter dan nilai tambah melalui satu key message, yaitu “Responsibility Begins with Me”, yang mutlak harus dimiliki setiap lulusan untuk diaplikasikan ke dalam dunia industri maupun pribadi. Wahyu juga berpesan agar UPH terus sukses mencetak lulusan-lulusan terbaik, jadilah yang terdepan dalam memajukan dunia pendidikan Indonesia dan cetak terus generasi yang mampu membangun dan mempererat bangsa.
Belajar Logical Thinking dan Rendah Hati dari Dosen
Logical thinking sangat diperlukan dalam kehidupan dan pengambilan keputusan. Dengan memiliki keterampilan tersebut dapat meningkatkan kemampuan individu dalam berpikir logis dan sistematis. Bagi seorang profesional keterampilan ini sangat membantu untuk mengorganisir informasi dan mengolahnya secara sistematis dalam menghasilkan berbagai terobosan kreatif. Itulah yang dialami profesional muda Renaldi Widjanarko, alumni Business School UPH jurusan Akuntansi angkatan 2000, yang sekarang menjabat sebagai Assistant Manager Assurance di Ernst & Young.
Untuk memenangkan persaingan di dunia kerja tidak hanya diperlukan yang pintar tapi yang paling penting adalah the way of thinking nya dalam melihat suatu persoalan, kata Renaldi menceritakan pengalamannya ketika pertama kali mengikuti interview di Ernst & Young tahun 2006.
Saya tidak takut bersaing dengan alumni dari universitas lain, sekalipun itu universitas terkenal. Karena saya memiliki pengetahuan yang sesuai dengan bidang pekerjaan yang saya lamar dan yang membuat saya lebih percaya diri adalah logical thinking skill yang saya dapatkan dari dosen, tegasnya.
Menurutnya logical thinking tidak ada dalam kurikulum di bangku kuliah. Tetapi keterampilan itu justru didapatkan dari para dosen ketika mengajar di kelas. Cara mereka mengajar dan menyampaikan materi, membentuk pola berfikir saya. Bagi saya dosen yang baik bukan di lihat dari apakah kita mendapatkan nilai tertinggi pada matakuliah yang diberikan. Tetapi dari cara dosen tersebut mengajar dan menyampaikan materi, cara berpikir, dan sikap mereka. Saya juga diajarkan supaya rendah hati, mau belajar dari berbagai sumber dan melakukan research. Itulah yang masih saya ingat dan pakai sampai sekarang, katanya.
UPH tidak hanya memiliki fasilitas dan lingkungan belajar yang lengkap dan nyaman, tetapi didukung dosen-dosen yang berkualitas. Sampai saat ini saya masih aktif berkomunikasi dengan mantan dosen-dosen saya, biasanya untuk update trend terbaru atau info-info terkait dengan bidang accounting. Untuk adik-adik kelas saya juga memberikan kesempatan untuk mereka yang berminat masuk ke bidang assurance dan memberikan gambaran tentang dunia auditor. Karena lulus bukan sekedar mendapat title, tetapi harus mengenal baik dunia pekerjaan yang akan dimasuki, katanya.
Terbukti Renaldi berhasil menyisihkan pelamar lainnya dan dipercaya mengerjakan multi project sejak awal kariernya sebagai auditor. Tidak jarang saya harus mengorbankan waktu pribadi untuk mempelajari pola menyelesaikan project supaya efisien. Buat saya ini investasi, papar Auditor yang dipercaya untuk menangani beberapa client oil and gas company besar seperti CNOOC, Beyond Petroleum (BP), Conoco Phillips, Inpex, PERTAMINA E&P, dan beberapa perusahaan lainnya.(rh)
Mahasiswa UPH adalah Seorang Pemimpin, Bukan Follower
Keterampilannya dalam berinteraksi dengan customer membuat Willy Kartawidjaja sangat menikmati pekerjaannya sebagai seorang Sales & Marketing Director di PT. Pracom Mitrajaya. Siapa yang sangka kemampuannya dalam membangun relasi yang baik dengan customer ini diperolehnya pada saat berkuliah di Desain Komunikasi Visual, UPH.
Alumni DKV UPH, angkatan 1999 ini mengaku mendapatkan banyak ilmu dan pengalaman yang sangat bermanfaat dalam dunia kerja. Ia menceritakan pengalamannya pada saat UPH Alumni Golf Event yang diadakan pada 7 November 2014, di Imperial Klub Golf.
Saat memutuskan akan berkuliah dimana, Willy mendapatkan referensi dari temannya yang sudah berkuliah di DKV UPH. Saya mendapatkan rekomendasi dari teman saya yang berkuliah di DKV UPH. Pada zaman saya, Kajur DKV UPH adalah Pak Yongki Safanayong. Beliau sudah tidak asing lagi lah di dunia desain, bisa dibilang sesepuh ya. Jadi menurut saya, waktu itu universitas dengan jurusan desain tebaik itu di UPH. Akhirnya saya bergabung dengan DKV UPH di semester genap, ujar Willy.
Selama berkuliah di DKV UPH, Willy belajar mengenai pentingnya membangun hubungan yang baik dengan customer. Dalam dunia desain, kita perlu mendengarkan customer. Sama halnya dengan berbisnis, membangun networking yang baik dengan customer adalah hal yang penting. Ini yang saya terapkan dalam dunia kerja, jelas Willy.
Ia juga mengaku bahwa di UPH mahasiswa dibentuk untuk menjadi seorang pemimpin, UPH memberikan pembekalan yang berbeda dengan universitas lain. Terutama di DKV UPH, dimana mahasiswa UPH dituntut menjadi seorang pemimpin, bukan menjadi follower. Disamping menguasai skill desain, kita juga dituntut untuk bisa me-manage orang dan menjadi creator. Selain itu, mahasiswa UPH yang terdiri dari berbagai macam budaya membuat selera desain mahasiswa DKV UPH sangat variatif.
Hasil belajar menjadi seorang pemimpin dan membangun networking dengan customer inilah yang Willy terapkan dalam menjalani profesinya sebagai Sales & Marketing Director. Meski profesi yang digeluti Willy sekarang ini bergerak di bidang marketing, Willy dan istri masih merangkap menjadi freelance designer karena kecintaannya terhadap dunia desain.
Sebagai alumni, Willy memberikan pesannya kepada mahasiswa yang masih bekuliah, Saat sudah kerja kita akan sadar betapa pentingnya ilmu yang didapatkan di perkuliahan. Kita tidak harus menjadi yang terhebat dan terpintar, tapi belajar menjalin hubungan yang baik dengan orang itu jauh lebih penting dalam menjalani dunia kerja nanti.
Berkomitmen Membangun Peradaban Manusia Melalui Hukum Indonesia
Edy Wibowo adalah alumni S1 UPH Program Ilmu Hukum. Saat ini ia menjabat di Mahkamah Agung (MA) sebagai Asisten Koordinator Kamar Pembinaan MA. Namun sebelum itu, ia juga pernah menjadi Hakim Pengadilan Negeri di Tasikmalaya. Kemudian tahun 2015 dialih tugas menjadi Asisten Hakim Agung Mahkamah Agung RI. Ditengah kesibukannya, Edy juga tetap berkontribusi dibeberapa bidang hukum lainnya, diantaranya sebagai pembicara utama di berbagai seminar hukum tingkat nasional, memberikan pelatihan sertifikasi mediator, sebagai tim monitoring dan evaluasi mediasi di pengadilan Agama Bogor kelas 1A, dan sebagai pemateri perancangan kesepakatan AZ Law & Conflict Resolution Center.
Dalam proses pencapaian karirnya, Edy juga selalu bangga menjadi lulusan angkatan pertama FH UPH. “Perjalanan karier saya tidak terlepas dari pembekalan yang diperoleh di Fakultas Hukum UPH,” ungkapnya. “Dalam pandangan saya, hukum harus mampu membangun peradaban manusia. Artinya kalo kita melihat dari teori hukum yang ada maka hukum harus menjadi sarana pembangunan masyarakat untuk lebih baik, terutama dalam hal kesejahteraan masyarakat,” ungkap Eddy.
Berangkat dari pandangan tersebut, Edy berkomitmen mendukung reformasi hukum dalam peradilan di Indonesia. MA sebagai lembaga hukum memiliki proses reformasi terdepan. Dalam prosesnya ini, MA sudah banyak melakukan beragam hal untuk membenahi diri dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
Edy berpesan khususnya kepada para mahasiswa yang mengambil Program Studi Ilmu Hukum, bagaimana dan apa pun profesi kita, ketika dijalani sesuai dengan etika maka akan membawa pemanfaatan yang besar bagi masyarakat. Ini penting karena, manusia dalam hidupnya harus bermanfaat bagi orang lain. Hakim mempunyai kewenangan yang luar biasa, kewenangan mencabut nyawa seseorang, mengambil uang orang, mengambil milik orang. Sehingga kewenangan yang luas ini harus dijaga dengan kode etik. Ini penting untuk dipahami para mahasiswa FH UPH sebagai calon pendekar hukum kelak, ungkap Edy.
Pentingnya Mengetahui Passion sejak Awal
Surrendered to God, Faith, Persistent, Resilient dan mengetahui passion menjadi kunci bagi seorang Calvin Khoe, Alumni Hubungan Internasional Universitas Pelita Harapan, 2014 yang kini tengah berkarir sebagai Associate Researcher di Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI).
Berlandaskan prinsip tersebut Khoe, begitu biasa dia dipanggil, berhasil menyelesaikan studinya di HI UPH dan mendapatkan berbagai penghargaan, diantaranya sebagai delegasi terbaik se-Indonesia dari Universitas Indonesia dalam Indonesia Model United Nations 2015 dan penghargaan dari Harvard University dalam Harvard National Model United Nations 2016. Pengalaman ini juga yang memantapkan langkahnya berkarir di bidang Hubungan Internasional.
Baginya bekerja memerlukan visi yang jelas untuk mengerti apa yang ingin dicapai melalui karier. Tentunya kematangan visi dan keyakinan akan passion-nya tidak diperolehnya begitu saja. Ia mengaku, berkuliah di Hubungan Internasional UPH juga turut berperan mematangkan passionnya.
Mulai dari kualitas pendidikan HI UPH yang memiliki kelas internasional dan fokus studi Asia Tenggara, dengan pendekatan kawasan/regional mampu membekalinya dengan wawasan yang luas. Tidak hanya itu, baginya UPH mendorong mahasiswa untuk aktif berkarya melalui kompetisi, konferensi, dan juga dalam organisasi mahasiswa. Sebagai kampus, Khoe melihat UPH merupakan kampus yang mendukung serta mendorong mahasiswanya untuk aktif diberbagai kegiatan.
Khoe juga bercerita bahwa selama menjadi mahasiswa banyak pengalaman menarik di UPH, beberapa di antaranya yakni berkontribusi dalam membentuk sistem pelatihan diplomasi jurusan dan membentuk UPH Model United Nations Community bersama mahasiswa HI UPH lain yang bertujuan untuk melatih pola pikir, menulis, dan bicara para mahasiswa di luar teori yg didapatkan di kelas. Tidak hanya itu, ia juga menjadi salah satu inisiator pembentukkan Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) chapter UPH yang menjadi fasilitator bagi mahasiswa agar dapat bertemu dengan korps diplomatik dan dunia pemerintahan.
Dari seluruh pengalaman yang didapatnya di UPH akhirnya memberikan kepercayaan diri Khoe untuk berkecimpung di area hubungan internasional Indonesia. Khoe pernah bekerja sebagai assistant researcher dan personal staff untuk perwira tinggi di Lemhannas RI dan pernah ditugaskan di Canberra, Australia dalam urusan penelitian akan kerjasama pertahanan Indonesia dan Australia. Tidak hanya itu, dia juga dipercaya sebagai research staff langsung bagi Dr. Dino Patti Djalal (mantan Wakil Menteri Luar Negeri Indonesia, mantan Dubes Indonesia untuk AS, dan mantan penasihat dan juru bicara Presiden RI) di samping mendampingi Dr. Dino dalam kunjungan luar negeri dan meng-organisasi kegiatan konfrensi.
Tentunya karir yang diraihnya hingga saat ini tidak terlepas dari kerja keras dan jejaring yang dibangunnya sejak dini. Dia sadar sebagai individu dengan latar belakang keluarga yang tidak bersentuhan dengan politik atau pemerintahan, karirnya harus dibangun sejak dari bangku kuliah. Hal ini dimulai dari menjadi delegasi Model United Nations conferences, staff reporter relawan di DPR-RI, intership di Kementerian Luar Negeri dan menempati posisi sebagai research assistant di Lembaga Ketahanan Nasional RI (Lemhannas RI).
Berangkat dari pengalaman studi dan kariernya, Khoe berpesan kepada para mahasiswa UPH, khususnya kepada para lulusan yang akan menghadapi persaingan dunia kerja mengenai pentingnya memiliki visi dan mengetahui panggilan hidup sejak awal, pola pandang yang luas, kemauan untuk membangun jejaring koneksi, tahan banting, dan berhati besar dalam menghadapi berbagai tantangan hidup. (mt/tm)
Tak hanya cantik, Maria juga memiliki prestasi akademis yang patut dibanggakan. Ia lulus dengan predikat cumlaude dan Indeks Prestasi Kumulatif 3,7. Selama kuliah dia juga aktif mengikuti berbagai kegiatan seperti mengikuti kontes Miss UPH Scholar 2011, Program Student Exchange, dan menjadi delegasi Indonesia untuk APEC Voices of The Future pada tahun 2013 di Bali. Tekadnya membawa nama Indonesia ke ajang dunia menjadi kenyataan setelah terpilih sebagai pemenang Miss Indonesia 2014.
Kepada Alumni Relations UPH, Maria menceritakan kesan-kesannya selama kuliah di UPH, hingga pengalaman terpilihnya sebagai Miss Indonesia 2014. Kuliah di UPH memberikan pelajaran dan pengalaman luar biasa. Saya bisa mengembangkan diri dan lebih percaya diri. Dosen di UPH tidak hanya mengajar di kelas, tetapi juga dekat dengan mahasiswa dan sangat membantu mahasiswa. Kegiatan organisasi kemahasiswaan seperti ajang Miss UPH Scholar membuat saya mengenal potensi saya dan lebih percaya diri, kata Maria. Sebelumnya saya tidak pernah memikirkan bisa ikut kontes Miss Indonesia. Saya banyak dimotivasi dan didukung oleh senior saya Astrid Elena, yang sudah lebih dulu menjadi Miss UPH Scholar 2009 dan Miss Indonesia 2011. Dia banyak membantu dan menginspirasi saya, kesannya. Menurutnya suasana global kampus sangat terasa di UPH. Bertemu dan berteman dengan mahasiswa dari negara lain seperti Korea, German, AS, dan Belanda sangat menambah wawasan global community. Saya juga mendapat kesempatan ikut program student exchange ke German, di Elmenau University.
Meskipun dia hanya sempat mengambil 6 kredit, namun ilmu dan pengalaman yang diperolehnya sangat bermanfaat. Diantaranya belajar untuk dewasa, mandiri, berani berpendapat dan berdebat. Meskipun bersama mahasiswa dari berbagai negara, di Jerman saya hampir tidak mengalami kesulitan. Selain itu saya memang sudah belajar bahasa Jerman. Dan saya membangun networking dengan teman-teman Jerman serta dari negara lain, paparnya. Banyak nilai-nilai yang ditanamkan selama kuliah di UPH, diantaranya saya harus memiliki good plan, kerja keras, supel, dan spirit in God. Saya percaya nilai-nilai itu memimpin saya meraih masa depan, akunya.
Dalam menjalankan tugas sebagai Miss Indonesia saya harus banyak persiapan, termasuk belajar banyak tentang Indonesia. Diakhir kesempatan interview Maria berpesan untuk teman-teman UPH, supaya terus semangat, berusaha keras dan percaya pada Tuhan, jangan mengandalkan diri sendiri. Berserah pada Tuhan dan Dia akan membimbing kamu. (rh)
Lulusan Bioteknologi UPH Mampu Bersaing di Tingkat Internasional
Danny Launrent, alumni Bioteknologi UPH 2009, satu dari 20% alumni jurusan Bioteknologi UPH yang mengikuti studi lanjut ke jenjang S2. Danny merupakan Penerima Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) untuk program Master. Ia berhasil melewati proses dan persaingan yang ketat untuk memperoleh beasiswa program Master di University of Edinburgh (UoE), Scotland, yang merupakan universitas peringkat 21 dunia berdasarkan QS World University Rankings‚ 2015/16. Tekad dan ketekunannya dalam menjalani studi membuahkan hasil yang memuaskan, dengan lulus tepat waktu dalam 1 tahun dengan IPK konversi 3.75, dan mendapatkan gelar Master of Science in Biotechnology konsentrasi medis, khususnya deteksi kanker. Tidak berhenti sampai di situ, Danny pun mendapatkan beasiswa studi lanjut program Doktor di universitas yang sama, dari pemerintah Indonesia melalui program BPI.
Keberhasilan studinya diakui tidak terlepas dari pendidikan di UPH. Bekal ilmu serta gemblengan para dosen di Bioteknologi UPH membentuk saya menjadi mandiri, kata Danny. Ia menceritakan saat kuliah di Jurusan Bioteknologi UPH tidak hanya fokus pada materi, tetapi juga mengutamakan transferable skill, dimana proses belajar dengan tutorial melatih mahasiswa untuk studi mandiri. Fasilitas belajar serta suasana belajar yang kondusif memungkinkan saya melakukan riset, menghasilkan publikasi di jurnal nasional dan konferensi internasional, tambahnya.
Selain aktif dalam studi, semasa kuliah di UPH Danny berkesempatan 3 kali mengikuti kompetisi Olimpiade Nasional Matematika dan IPA (ON MIPA) bidang Biologi dan berhasil meraih medali. Saya yakin prestasi yang saya peroleh di olimpiade, pengalaman penelitian dan publikasi, sangat membantu saya memperoleh beasiswa, jelas Danny.
Meskipun sistem pembelajaran di UPH dan di University of Edinburgh (UoE) cukup berbeda, namun Danny dapat mengikuti proses belajar dengan baik bahkan mendapatkan hasil memuaskan. “Standard UoE jauh lebih tinggi dari UPH. Di sana sangat mengutamakan orisinalitas dan substansi dari karya ilmiah yang dihasilkan mahasiswa. Hal yang cukup mirip antar UPH dengan UoE adalah keharusan untuk studi independen. Khusus di jurusan Bioteknologi UPH, saya belajar untuk mandiri dan terlibat dalam riset sehingga ketika harus riset mandiri di UoE saya tidak terlalu kaget, jelas Danny.
Bagi Danny pengalaman berharga dari studi S2 di UoE adalah peningkatan dalam kemampuan analitik, dari segi menganalisis data maupun memulai riset dari nol dan membuat keputusan-keputusan sulit dalam riset. “Saya juga mendapatkan sangat banyak pengetahuan terkini yang belum banyak diketahui, bahkan di kalangan peneliti Indonesia, dan sulit diakses. Selain itu saya juga mendapatkan opini ilmiah dari sudut pandang berbeda yang memperkaya pola pikir saya, papar Danny yang akan melanjutkan studi program Doktor di UoE bidang deteksi kanker dalam waktu dekat.